Halaman:Eksistensi Bahasa Minangkabau Dalam Keluarga Muda Minang Di Kota Padang.pdf/37

Halaman ini belum diuji baca

melalui pengajaran formal, tetapi juga karena adanya Interaksi dengan kelompok etnik yang berbeda. Dengan demikian, dapat disimpulkan sementara bahwa kedwibahasaan mengacu pada aspek linguistik, sedangkan kedwibudayaan mengacu pada internalisasi aspek nonbahasa.

2.2.2 Perilaku Berbahasa

Perilaku berbahasa di dalam masyarakat yang multilingual akan memperlihatkan adanya gejaja diglosia,alih kode, campur kode, dan interferensi. Berikut ini adalah uraian singkat tentang istilah-istilah tersebut.

2.2.2.1 Diglosia

Fishman (1972) menganjurkan bahwa "untuk mengkaji bahasa di dalam masyarakat yang dwibahasa atau aneka bahasa hendaknya dikaitkan dengan ada tidaknya diglosia, yaitu adanya pemilihan penggunaan bahasa ragam tinggi dan ragam rendah. Istilah tersebut diperkenalkan oleh Ferguson (1959). Akan tetapi, Fishman mempunyai pandangan yang berbeda dengan Ferguson, yang menganggap bahwa diglosia hanya terdapat di dalam masyarakat yang memiliki atau menggunakan satu bahasa dlengan dua ragam. Setiap ragam mempunyai peran sendiri- Sendiri. Fishman berpendapat sebaliknya, diglosia itu tidak hanya terdapat di dalam masyarakat yang memiliki satu bahasa atau ekabahasa dengan dua ragamnya saja, tetapi diglosia itu juga mengacu kepada penggunaan bahasa yang berbeda dengan fungsi yang berbeda pula. Fishman Menyimpulkan bahwa interaksi antara kedwibahasaan dan diglosia membentuk empat kelompok masyarakat, yaitu (1)

Masyarakat dengan kedwibahasaan dan diglosia, (2)

19