Halaman:Gandjaran jang pantes.pdf/23

Halaman ini telah diuji baca

GANDJARAN JANG PANTES

21

„Sedih? Sedih boeat si Hok? Bah! Akoe aken djadi lebih girang lagi djikaloe ia tida berada lebih lama dalem kita poenja sekola. Lantaran ada dia, kita, orang-orang Tionghoa jang berladjar dalem itoe sekola, dja­di dipandang rendah. Moerid-moerid Europa tida maoe tjampoer kita, kerna anggep kita semoea ada orangorang rendah seperti itoe manoesia, si Dogol"

„Hok orang rendah? Kaoe tida boleh bitjara begitoe, Gwat; betoel ia ada saorang miskin . . . . . . . . ."

„Sepatoenja soeda penoeh tembelan . . . . . . . . ."

„Kaosnja, akoe brani bertaro soeda tida menoetoepin ia poenja djari."

„Betoel,ia ada saorang miskin, miskin dalem pakaan dan pengidoepan, tapi maskipoen kita ada orang-orang hartawan, kita moesti mengakoe ada miskin sekali djikaloe dibandingkan otak kita dengen otaknja si Hok. Lagipoen kita moesti pikir, apa kita sendiri ada hartawan? Djikaloe kita poenja orang toewa tida mempoenjai harta, kita sendiri sebetoelnja tida poenja satoe apa."

Begitoelah itoe gadis jang tida bisa moefakat de­ngen doea kawannja berkata, la roepanja mempoenjai pengrasa'an laen terhadep pada Itoe lelaki miskin, jang djoega ada djadi ia poenja temen sekola.

„Entji Sien brangkali soeda djatoh tjinta pada si Hok." kata itoe gadis jang diseboet Gwat.

Parasnja Sien Nio djadi merah.

„Kaoo selamanja berpikir begitoe," kata ia, „kaloe bitjara sedikit sadja lantes bilang soeda soeka, soeda bertjinta'an. Apakah kaoe tida bisa pake pikiran lebih mateng?"

„Tapi kenapa ia tida maoe belaken diri?"

„Brangkali ia maloe bikin riboet dalem klas."

„la satoe pengetjoet!" treak si Gwat jang roepanja