Halaman:Garuda Perdamaian (Garuda Indonesia, 1957).pdf/43

Halaman ini tervalidasi

b. Meskipun Mesir mengalami tekanan berat jang berupa antjaman penggunaan kekerasan sendjata, blokade ekonomi dan lain-lainnja, tetapi Mesir masih tetap ingin merundingkan suatu penjelesaian setjara damai sesuai dengan piagam P.B.B.

c. Lalu-lintas diterusan Suez tidak mendapat rintangan sedjak Mesir mengopernja. Lalu-lintas berdjalan dengan sempurna.

d. Setiap usaha untuk memaksakan sistim, seperti jang terdapat dalam rentjana Dulles jang disetudjui oleh 17 negara, merupakan tanda timbulnja keadaan perang dan akan memasukkan Suez dalam kantjah pertentangan politik sendiri. Padahal dalam rentjana Dulles termasuk ketentuan supaja terusan Suez dipisahkan dari Politik.

C. Konperensi London II.

Beberapa hari setelah kegagalan Missi Menzies, maka Perdana Menteri Inggris, Eden, dalam pidatonja dimadjelis rendah mengumumkan akan dibentuknja suatu organisasi pemakai-pemakai terusan Suez dengan persetudjuan Perantjis dan Amerika Serikat.

Organisasi itu dinamakan ,,Perhimpunan Pemakai Terusan Suez" jang akan meliputi negara-negara utama pemakai terusan tersebut. Maksud perhimpunan itu ialah untuk memungkinkan pemakai-pemakai terusan Suez mendjalankan hak-haknja mengoper pengusahaan terusan itu. Tetapi Eden tidak menegaskan, bagaimana tjaranja untuk memaksakan kepada Mesir, supaja menerima organisasi tersebut.

Eden telah mendapat votum kepertjajaan dari parlemen berhubung dengan maksudnja untuk membentuk Perhimpunan Pemakai Terusan Suez. Apabila Mesir menolak kapal-kapal dari perhimpunan itu, maka Inggris akan mengadjukannja kepada P.B.B. dan menuduh Mesir melanggar Konvensi 1888. Sedjak saat itu sudah makin djelas sikap keras Eden jakni menolak untuk tidak memakai kekerasan sendjata sebagai djalan terachir, apabila Mesir menolak dan menutup terusan dari kapal-kapal Perhimpunan.

3 Besar Barat, Inggris-Perantjis-Amerika Serikat, sibuk memberikan pendjelasan-pendjelasan kepada negara-negara penjokong ren-

40