Halaman:Graaf De Monte Christo - 18.pdf/59

Halaman ini tervalidasi

— 1073 —

sampe bisa dapetken padanja."

„Apa kaoe kira ijang kita tida tjari djoega pada itoe prampoean?. Di atas kita poenja pangkat, kita soedah soeroch tjari pada ini prampoean dan bebrapa mata-mata policie ijang tjakap dan tjerdik, maka djalannja itoe prampoewan soedah di toeroetin sampe di Châlons, tetapi dari sana soeda linjap lagi.

„Linjap?"

„Ja, sama sekali linjap."

Njonja Danglars mendengerken ini perkata-an dengen tarik napas sedih, dan menangis sesambatan.

„Apata tjoema begini sadja?" bertanja njonja Danglars, apatah kaoe tida soeroe tjari lebih djaoe?"

„Soedah tentoe," menjaoetlah toewan de Villefort, „kita tida brenti mentjari. Samentara doea alawa tiga taon lamanja kita brenti lebih doeloe, tetapi sekarang kita tjarj lagi lebih keras dari doeloe, dan tentoe nanti kita mendapetken djoega apa ijang kita tjari, sebab, tida kita poenja hati ijang sekarang bitjara aken tjari, tetapi dari pada kita poenja takoet, maka sabisa-bisanja kita tjari katerangan."

„Tetapi," mendjawab lagi njonja Danglars, „Graaf de Monte Christo tida taoe satoe apa, sebab kaloe betoel dia taoe, tentoe dia tida koempoel dengen kita orang, begitoe baik seperti sekarang."

„O, kadjahatanuja manoesia tida bisa di doega," menjaoetlah toewan de Villefort, „itoe kadjahatan manoesia lebih keras dari kabaikannja Allah. Apatah kaoe tida liat moekanja waktoe dia bitjara pada kita dari hal itoe anak?"

„Tida."

„Apatah kaoe belon taoe memandang betoel padanja?"