Halaman:Graaf De Monte Christo - 18.pdf/64

Halaman ini tervalidasi

— 1078 —

atawa dari djaoeh, atawa dari deket; maka itoe amat soesah aken kita, ijang moesti pegang pada nona Danglars, biarlah dari djaoeh."

„Soenggoeh soesah sekali aken bisa menjenangken kace poenja hati, Burggraaf!""

„Betoel, sebab seringkali kita inget pada hal ijang adjaib."

„Pada apatah?"

,,Aken bisa dapet se-orang prampoewan seperti kita poenja iboe."

Graaf de Monte-Christo mendjadi poetjet dan memandang padanja, sementara ija memegang pistol ijang banjak harganja, dengen bebrapa kali di angkat dan di toeroenken moeloetnja.

„Apatah kaoe poenja ajah selamanja berasa slamat dan senang?" bertanjalah Monte-Christo.

„Kaoe djoega soedah taoe, begimana kita poenja katjintaan pada iboekoe, ijalah seperti satoe bidadari ijang soedah toeroen dari sorga; lihatlah begimana moelia parasnja dan lebih lama ija lebih baik dan lebih manis, makalah kita tida bisa dapetken perkataän ijang lebih njata aken mengoendjoeken kita poenja katjintahan pada kita poenja iboe."

„Soenggoe kaoe poenja perkataan ini begitoe sampoerna, aken menimboelken pengharepan, soepaja tida kawin, kaloe tida bisa mendapetken se-orang istri begitoe moelia."

„Ja, maka itoelah," berkata de Morcerf: „sebab kita taoe ijang di dalem doenia, tjoema ada satoe prampoewan ijang begitoe moelia, kita tida poenja kasenangan aken kawin dengen nona Danglars. Apatah kaoe belon taoe mengoetaraken, begimana kita orang satoe sama lain ijang tida djoedjoer hati. Kaloe kaoe lihat barang permata ijang bagoes, maka