Halaman:Graaf De Monte Christo - 20.pdf/18

Halaman ini telah diuji baca

— 1148 —

toea, maka kaoe poenja hati tida bisa berasaken kasalahan satoe apa."

Nona Valentine sekaranglah bersoedjoed dan menjembah kakinja toean Morrel dengen hati antjoer.

„Maximiliaan," berkatalah nona Valentine, „kita poenja sobat, kita poenja soedara di doenia, kita poenja soewami di sorga, kita moehoenlah, membikin seperti kita, tinggal hidoep dengen simpen doeka tjita, barangkali kamoedian hari kita orang bernikah djoega."

,,Slamat tinggallah, Valentine!" berkata lagi toean Morrel.

,,Astaga Allah !" sesambatlah nona Valentine dengen mengangkat tangannja doea-doea ka langit: „Allah kaoe lihatlah, kita soedah bikin apa ijang kita bisa aken menghormatin kamaoeannja kita poenja orang toea, kita soedah berdoa, bersesambat, meminta, bernangis, tetapi semoea pertjoema. Maka sekaranglah," berkata nona Valentine, dengen mengoesap aer matanja dan mengkoewatken dirinja:,,sekaranglah kita tida maoe mati dari doeka hati dan menjesal, lebih baik kita mati dari maloe. Kaoe moesti tinggal hidoep Maximiliaan; kita maoe serahken kita poenja diri pada kaoe sendiri. Kapantah? Djam brapa? Apatah sekarang Bilanglah, kaoe boleh perentah, kita lantas toeroet."

Setelah toean Morrel dengar perkataännja nona Valentine, lantas dia madjoe dateng padanja dengen boengah hati, serta berkata: "Valentine, kita poenja djantoeng hati, djanganlah kaoe bitjaia begitoe pada kita, biarlah kita mati. Kita tida maoe ijang kaoe toeroet kita poenja kamaoean dengen terpaksa, kaloe kaoe tjinta pada kita begitoe sanget, seperti kita tjinta pada kaoe. Kaloe kaoe djadi terpaksa pada kita