Halaman:Graaf De Monte Christo - 20.pdf/19

Halaman ini telah diuji baca

— 1149 —

aken tinggal hidoep, lebih baik kita mati sadja."

,,Betoel begitoe," mendjawab nona Valentine: siapatah di dalem doenia ijang lebih tjinta pada kita dari kaoe Siapatah ijang menghilangken kita poenja doeka hati? Tjoema kaoe. Pada siapa kita soedah djatohken pengharepan ? Pada kaoe. Pada siapa kita soedah djatohken kita poenja kapertjajaän? Tjoema pada kaoe sendiri sadja."

,,Ja Maximiliaan! betoel kaɔe poenja perkataän, soepaja kita nanti lari dari roemahnja kita poenja orang toea; semoea nanti kita loepaken, djoega kita poenja kakek ijang begitoe tjinta pada kita.

Tida," berkata Maximiliaan: „kaoe tida nanti tinggal pada kaoe poenja kakeh. Kaoe sendiri soedah bilang ijang toean Noirtier roepanja soeka pada kita, maka itoe sebelonnja kita orang berlari, kaoe moesti bilang semoea padanja, dari kita orang poenja kehendaken dan kaoe ambil saksi padanja, soepaja djangan mendjadiken moerkanja. Serenta kita orang soedah nikah, ija djoega moesti tinggal pada kita orang, aken soepaja tida kaoe sadja mengoendjoeken hati ketjintahan padanja, tetapi kita djoega. Kaoe soedah bilang pada kita, begimana kaoé padanja dan begimana ija membri penjaoetan dengen tanda, kita nanti djoega lekas bisa bitjara padanja. Pergilah Valentine! Kita soempah ijang kita orang tida berdoeka tjita, tetapi tinggal slamat selamanja."

,,Ach! lihatlah, Maximiliaan kaoe memegang koewasa di atas kita poenja diri, apa ijang mendjadi kaoe poenja kamaoean, djoega mendjadi kita poenja kamaoean, segala apa ijang kaoe bilang kita pertjaja djoega, biarlah kita poenja ajah mangoetoeki pada kita, sebab kita sampe taoe adatnja kita poenja ajah ijang tegah hatinja, dan tentoe ija nanti