Halaman:Graaf De Monte Christo 30.pdf/62

Halaman ini tervalidasi

— 1792 —

soedah dape baoe oewap napasnja matjan ijang aken menerkam padanja.

Boekan soewara orang beromong, boekan soewara orang mendjerit, ijang di dengar keloewar dari njonja poenja moeloet, tetapi seperti soewara kidang itoelah ijang soedah kena kepegang matjan. Njonja poenja tjahja moeka poetjat seperti tjahja mait.

„Toewan“ berkatalah ija, „saja tida mengarti katanja toewan.“

Tadi njonja bangoen dengen kaget, tetapi sekarang bahna kelemasan ija djatoh doedoek lagi serta mendjadi terlebih takoet lagi.

„Njonja, akoe tanja lagi,“ berkata de Villefort dengan sabar di podjok: „manakah njonja simpen itoe ratjoen ijang njonja soedah pake boewat meratjoenin toewan dan njonja de Saint Meran, Barrois dan akoe poenja anak Valentine?“

„Ja, toewankoe,“ berkatalah njonja de Villefort dengan remas-remas tangannja, „Apakah toewan bilang?“

„Ingatlah tida pantes bagimoe aken menanja njonja, sedang kaoe sendiri di tanja.“

„Apa saja ini misti menjaoet pada saja poenja soewami, apa pada hakim toewan de Villefort?“ berkata njonja dengan pelahan.

„Mendjawab pada hakim, njonja, betoel sekali hakim.“

Njonja mendjadi terlebih keras poetjatnja, oedjoeng idoengnja ketarik naik seperti mait, matanja soedah tida bertjahja, ija berkeringat seloeroeh toeboehnja.

„ja toewan, toewan!“ berkatalah njonja de Villefort dengan pelahan, lebih ija dari itoe ija tida bisa berkata.

„Njonja tida menjaoet?“ bertanjalah toewan hakim. Abis