Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/322

Halaman ini tervalidasi

281

Dari poetik-poetik boenga jang mati timboellah boeah-boeahan jang sampai masak; demikianlah poela halnja hidoep manoesia, boekan? Karena dari kenang-kenanganjang masih moeda, dan laloe mati, bolehlah terkadang-kadang timboel kenang-kenangan lain, jang sampai masak mendjadi boeah. . . . . . . . .

Seboeah kenang-kenangan jang besar telah matilah. Tatkala kami mengoeboerkannja dengan air mata dan kedoekaan jang amat sangat, terasalah oléh kami seperti seboeah soengai mengalir dalam badan kami dan waktoe itoe djoega timboellah dihati kami soeatoe kenang-kenangan jang baroe, jang lebih bagoes dan lebih koeat! Kami ma'loemi dan rasaï akan hal itoe. Banjak lagi, ja, amat banjak lagi air mata dan kesedihan hati jang wadjib tertoetjoer, soepaja dapat melepasKan dahaganja boeah jang masih moeda itoe, hingga sampai mendjadi boeah jang masak.

Sabar, perbanjaklah sabar! Sekarang baroelah kami ma'loemi apa jang dimaksoedi toean Abendanon, ketika ia menjoeroeh istirenja mengatakan kesabaran itoe kepada kami. Banjaklah kiranja jang dahoeloe hanja boenji sadja kedengaran oléh kami, sekarang sekalian itoe teIah ada berarti. Ja, kami hanja boléh dan wadjib berdjalan lambat-lambat; "perdjalanan itoe amat djaoeh dan amat pandjang; dan djalan itoe amat tjoeram dan soekar! Bersoesah hati sendiri tiadalah mengapa; tetapi menggadoeh sesoeatoe hal dalam perdjalanan sangatlah mengetjoetkan hati kami.

Terkenanglah saja pada soeatoe malam, beloemlah lagi berapa lama antaranja. Adalah seorang kenalan kami membawa berdoea pergi mendengar moesik diroemah komidi di Semarang. Itoelah pertama kali selama hidoep kami jang kami berdoea sadja, tidak bersama-sama dengan adikkoe dengan bapak atau dengan iboekoe, doedoek didalam manoesia jang sebanjak itoe. Kami hanjalah berdoea sadja, diantara orang-orang asing jang banjak itoe. Dan sebentar terpikirlah oleh kami: Beginilah hidoep kami nanti pada waktoe jang akan datang kami hanjalah berdoea sadja dilaoetan hidoep jang besar itoe! Tetapi tawakkallah kami, karena adalah Toehan jang mendjaga kami!

Pada 20 hari boelan ini pikiran kami adalah di Tandjoeng Perioek. Disanalah tampak oléh kami kapal Willem II sedang berlajar meninggalkan pantai poelau Djawa, membawa soeatoe moeatan jang amat mahal harganja, jaïtoe seorang sahabat jang tinggi martabatnja dan soetji hatinja, jang amat kasih dan sajang akan tanah Djawa, pergi ketanah Belanda akan berbintjang dalam persidangan Tweede Kamer, lebih keras dan perkasa dari pada jang soedah-soedah oentoek keperloean berdjoeta-djoeta anak negeri tanah Hindia ini.