Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/85

Halaman ini tervalidasi

60

kakaknja jang ditjmtaïnja itoe hanja beberapa kali boléh datang keroemah, karena ia bersekolah di Semarang. Jang tetap tinggal diroemah ialah kakaknja jang soeloeng, sebab sekolahnja telah tammat;,ia telah mendapat pangkat dinegerinja dan diam bersama-sama dengan orang toeanja. Kediamannja bersama-sama dengan orang toeanja itoe tiadalah meriangkan hati si Ni melainkan kebalikannja ja'ni mendoekatjitakannja.

Dahoeloe sebeloem kakaknja jang soeloeng itoe datang, Ni telah banjak penanggoengannja, sebab tidak diindahkan oléh hampir segala orang seroemahnja, sebab ia dipendjarakan itoe, sebab melihatkan 'adat-'adat koeno, jang ta' dapat disetoedjoeinja itoe. Kini datang poela oesikan dan ganggoean kakaknja jang soeloeng itoe menambahi penanggoengan jang menjakiti hatinja itoe.

Ni ta' soeka dan ta' dapat menoeroet segala kehendak kakaknja itoe. Selaloe dikatakan kepadanja: „Jang lebih moeda haroes menoeroet perintah jang lebih toea; lebih-lebih anak-anak perempoean wadjib menoeroet kehendak kakak-kakaknja jang laki-laki."

Tetapi Ni, seorang anak jang memakai pikiran sendiri, ia ta' mengelti mengapa hal itoe wadjib demikian. Ni berkata: „Boekan salah saja, jang sa ja kemoedian dilahirkan dari kakakkakak saja itoe." Sepandjang pikirannja bodoh sekali, jang ia karena itoe wadjib menoeroet kehendak kakak-kakaknja itoe. Sepandjang pikirannja, tidak seorangpoen mesti ditoeroetnja, lain dan pada pikiran dan hatinja sendiri.

Dan ia tiada akan membenarkan perkataan kakaknja itoe, kalau ia ta jakin, bahwa si kakak berkata benar dan bermaksoed baik. Adapoen kakaknja jang soeloeng itoe seorang anak jang telah roesak, anak kesajangan iboenja. Tiap-tiap orang berloemba-loemba memoedjinja dan memperlakoekan kehendaknja, karena orang maloe akan pangkat bapanja jang tinggi itoe. Sebab itoe sepandjang pikirannja telah 'adatnja tiap-tiap orang, jang dipandangnja rendah dari padanja, wadjib menoeroet kehendaknja.

Moela-moela ia héran, kemoedian djadi marah ia, tatkala dilihatnja adiknja perempoean, jang setengah loesin tahoen lebih moeda dari padanja itoe, berani menjanggah „kemaoeannja". Ia berdjandji kepada dirinja, bahwa anak jang ta' ber'adat itoe haroes, ja, mesti dita'loekkannja. Pada pemandangannja sekalian jang diperboeat si Ni salah. Bila Ni bersalah sedikit sadja dimarahinjalah dengan keras. Hampir setiap hari si kakak dan si adik berselisih, si kakak dengan moeka asam dan toetoer kata jang kasar, menjakiti hati si adik sampai berloemoer darah, dan si adik dengan bibir jang bergerak-gerak dan soeara jang gementar membéla dengan perkasa hak miliknja, jang hendak