Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/123

Halaman ini telah diuji baca

dengan buq dalam kata tumbuq dalam bahasa Melaju, oléh sebab tak mungkin bunji d dalam bahasa Tontémboa terdjadi dari bunji b dalam bahasa Melaju.

347. Dalam bahasa² Indonésia dan bahasa Indogerman hukum bunji atjapkali ditjampuri pengaruh analogi dan étimologi rakjat. Pengaruh étimologi rakjat tampak benar dalam nama² binatang, terutama nama² binatang jang terdiri atas tiga suku kata seperti dalam kata ameise dalam bahasa Swis dan dalam kata alipan (lipan, kelabang) dalam bahasa Djawa kuno.

348. Dalam penjelidikan tentang bahasa² Indogerman beberapa gedjala jang tertentu dan dinamai variasi akar kata, déterminasi akar kata, dsb. menimbulkan kesukaran. (lihat (lihat karangan Brugmann „Kurze vergleichende Grammatik der indogermanischen Sprachen”). Hal itu mengenai bentuk kata dalam bahasa² Indogerman seperti trep, trem, tres, misalnja dalam kata trepidus (takut), tremere (gemetar) dalam bahasa Latin dan dalam kata trasati (= treserti) dalam bahasa India kuno. Kesukaran sematjam itu terdapat djuga dalam bahasa² Indonésia; dalam bahasa Tontémboa misalnja terdapat berdampingan bentuk kata rém, rěs, rep dalam kata urěp (menutupi), rěrěp (mentjapai), urěm (meliputi), tirěm (melingkungi), kērēs (meliputi), kurěs (menjengkeling). Gedjala² itu sukar diterangkan. Tak dapat ditentukan, apakah dalam hal itu terdapat soal² bunji.

349.Dalam bahasa² Indonésia dan bahasa² Indogerman terdapat beberapa gedjala bunji jang menimbulkan pertanjaan seperti berikut: apakah gedjala itu kebetulan menjimpang dari hukum bunji, atau tak dapatkah kaum penjelidik memahamkan ratio gedjala itu. Pertanjaan itu timbul pada kami ketika tampak, bahwa bunji t dalam bahasa Indonésia purba digantikan oléh bunji lain dalam bahasa Bima dan bunji k dalam bahasa Indonésia purba berubah mendjadi bunji lain dalam bahasa Nias.

I. Bunji t dalam bahasa Indonésia purba :

Bahasa Indonésia purba
tanda
tanah
r2atus
batu

Bahasa Bima
tanda
dana
ratu
wadu

122