Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/14

Halaman ini telah diuji baca

27. Bahasa kaum penjair. Keperluan akan irama membawa berbagai² perubahan bunji. Kesusasteraan dalam beberapa bahasa séperti bahasa Baréqé tak mengidzinkan perubahan itu. Kebebasan kaum penjair dalam mengubah bunji itu dua matjamnja. Perubahan jang pertama terdjadi dalam rangka kemungkinan² bahasa dan perubahan jang kedua bébas sama sekali.

I. Matjam kebébasan jang pertama meliputi kebebasan kaum penjair dalam bahasa Bisaja jang berani mempergunakan bunji i depan vokal sebagai konsonan, misalnja dalain kata motya jang mengganti­ kan kata motia jang terdiri atas tiga suku kata. (motia — mutiara). Perubahan i mendjadi konsonan sematjam itu terdapat dalam banjak bahasa Indonésia normal; dalam bahasa Djawa kuno kata dasar ipi (mimpi) mendjadi aηipya dalam bentuk kondisionalnja.

II. Matjam kebébasan jang kedua meliputi ber-matjam² kebebasan jang tak berdasarkan ratio. Kebébasan itu terdjadi karena kebutuhan akan irama. Dalam Epos Megantaka dalam bahasa Bali misalnja ter­dapat kata tos jang menggantikan kata totos (datang kemudian); djika digunakan kata totos, maka sjair itu akan terlampau banjak suku katanja. Kebébasan itu terdjadi djuga djika dipandang perlu untuk keperluan sadjak. Dalam épos ” Kaba Sabay nan Aluyh” dalam bahasa Minangkabau terdapat kalimat: maq kami bario-io, maq kami batido-tido. Kata tidaq dalam bahasa biasa diubah dengan tjara sekehendaknja sadja untuk keperluan sadjak : Kedua vokal dalam kata dasar harus sama bunjinja. Ketiga : kebébasan itu terdjadi karena dibutuhkan untuk lagu. Bahasa Atjeh misalnja mempunjai lagu chusus bagi sjair² jang menjedihkan atau jang dinjanjikan pada upatjara. Dalam lagu itu kata² jang terdiri atas satu suku kata kadang² dipandjangkan mendjadi kata3 jang terdiri atas dua suku kata dengan mengutjapkan dua kalimat harakat (vokal) dengan mempergunakan bunji η diantaranja; misalnja : purjucoq jang menggantikan pucoq (mata sendjata) jang berlaku dalam bahasa normal.

28. Kedua matjam kebébasan jang telah dikem ukakan tadi ter­dapat djuga dalam bahasa² Indonésia. Dalam karangan Aneis ter­dapat kata conubjo (diukur), dengan begitu djuga terdjadi kata motya jang tadi telah dikemukakan. Tentang perubahan bunji jang dimaksudkan dibawah II terdapat kata-sedjadjar dalam kata navyasa vacas jang dikem ukakan oléh Waekemagel dalam karangannja "Altindische Grammatik I, S. XVII".

13