Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/16

Halaman ini telah diuji baca

gedjala² jang tampak dalam bahasa buatan itu barangkali terdapat dalam bahasa Indonesia purba.

33. Pengaruh idiom asing. Pengaruh itu terutama tampak dalam daftar kata², dilapangan bunji pengaruh itu kurang.

I. Pengaruh idiom² Indonésia lain atas suatu bahasa Indonésia jang tertentu. Dalam bahasa Kulawi bunji s berubah mendjadi h, misalnja dalam kata tahi (danau) jang sesuai dengan kata tasik dalam bahasa Indonésia purba. „Tetapi kaum laki² jang hampir semua paham akan bahasa Palu (bunji 's dalam bahasa Indonésia purba terdapat djuga dalam bahasa Palu itu) atjapkali masih mempergunakan bunji s itu. Kaum perempuan jang sebagian besar hanja paham akan bahasa Kulawi sadja biasanja mempergunakan bunji h." (Adriani). Dalam dialek Ruso dari bahasa Talaut bunji k pada suku kata jang terachir dalam bahasa Talaut jang normal, diutjapkan sebagai s; misalnja kata àpusa menggantikan kata àpuka (kapur) jang berlaku dalam bahasa Talaut jang normal. Tetapi gedjala itu lambat laun hilang sedjak banjak bunji jang terdapat dalam bahasa Niampak masuk dalam dialék Ruso dan sedjak kebiasaan untuk mengubah bunji k mendjadi s itu diédjék oléh meréka jang memakai bahasa Niampak.” (Steller). Bahasa Tojo-Baréqé menekankan sebagian kata²nja dengan tjara jang berlaku dalam bahasa Bugis. „Tempat tinggalnja” ialah dalam bahasa Baréqé banuà-ña, dalam bahasa Bugis : wanuwà-na. Dalam bahasa Tojo-Baréqé atas pengaruh bahasa Bugis kata itu diutjapkan sebagai : banuà-ña

II. Pengaruh bahasa² bukan bahasa Indonésia. Bahasa Madura mula² tak mempunjai bunji f, tetapi dapat mengutjapkannja dengan baik dan bunji itu tetap dipakainja dalam kata2 jang diambilnja dari bahasa Arab atau bahasa² Eropah, sehingga bunji f itu sekarang dapat dipandang masuk sistim bunji dalam bahasa Madura. Bahasa Bima mula² menolak semua konsonan pada achir kata, djuga pada achir kata² jang diambil dari bahasa² lain. Dengan begitu kata acal dalam bahasa Arab mendjadi asa dalam bahasa Bima. ,,Tetapi orang2 Bima budaja atjapkali mengutjapkan konsonan pada achir kata.” (Jonker).

34. Pengaruh sekolah. Bunjiletus bersuara g (média) jang terdapat

dalam bahasa Indonésia purba, bahasa Djawa kuno, bahasa Melaju, dll. mendjadi konsonan géseran (spirant) dalam bahasa Tontémboa. „Atas pengaruh didikan disekolah, jang memakai bahasa Melaju

15