Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/60

Halaman ini telah diuji baca

153. Hamza pada achir kata dengan tjara teratur atau dengan tjara serampangan hilang. Kata ane (kesini) dalam bahasa Tontémboa menurut keterangan dibawah nomor 142 diutjapkan sebagai qane, tetapi dalam téks Schwarz "Weweleten" hal. 309 terdapat kalimat : mai cuman aye (makanan itu bawalah kemari), dalam kalimat itu hilanglah bunji q. Dalam sjair Boq Uyah Batang, hal. 285 dalam bahasa Busang terdapat kata²: umaq Lay Děhaq (rumah Lang Děhaq), tetapi pada halaman 284 terdapat: uma Lay Děhaq.

Hukum tentang bunji letus bersuara (média).

154. Hukum tentang bunji letus bersuara (média) terutama terdapat di Sulawesi dan pulau² sekitarnja: dalam bahasa Sangir, bahasa Talaud, bahasa Tontémboa; ketiga bahasa itu erat saling bertali. Hukum itu berlaku djuga dalam bahasa Cenrana, bahasa Bugis dan diluar Sulawesi dalam bahasa Ibanag, bahasa Nias, bahasa Mentawai dan bahasa Howa.

155. Hukum-bunji letus bersuara (média) jang berlaku dalam bahasa Sangir. Dalam bahasa Sangir bunji letus bersuara mengikuti konsonan; bunji letus bersuara g mendjadi konsonan géséran y, bunjiletus bersuara d mendjadi bunji-lebur (liquida) r, bunjiletus bersuara b mendjadi setengah-vokal w. Bunjiletus bersuara tetap terdapat sebagai bunji permulaan pada kata jang berdiri tersendiri atau pada permulaan kalimat. Oleh sebab itu dalam bahasa Sangir terdapat kata bera (berbitjara); měqbera ialah bentuk futurum aktifnja dan iwera bentuk futurum pasifnja. Dalam tjerita jang dimuat dalam "Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië", 1893 hal. 354 terdapat kalimat iaq měqbio n baha (Saja ingin hendak membitjarakan tentang kera), tetapi pada halaman lain terdapat kata² : aŋkùy i waha (Kera berbitjara).

II. Hukum dalam bahasa Talaud sesuai dengan hukum dalam bahasa Sangir. Dalam bahasa Talaud terdapat kata bale (rumah) seperti dalam bahasa Sangir dan kata biŋgi (sisi, tepi), tetapi dalam tjerita tentang Parere menurut téks Steller, hal. 89 terdapat kata² : su wiŋgi n sáluka (ditepi sungai).

III. Hukum tentang bunjiletus bersuara dalam bahasa Tontémboa. Bunjiletus bersuara (média) g dalam segala hal mendjadi konsonan géséran (spirant) y. Seperti dalam bahasa Sangir d dan b mendjadi r dan w, tetapi berlainan dengan bahasa Sangir pada permulaan kata jang berdiri tersendiri atau pada permulaan kalimat terdapat bunji-

59