Halaman:Hal Bunyi Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia.pdf/69

Halaman ini telah diuji baca

III. Dalam bahasa Bulanga-Uki hamza itu mendjadi w seperti dalam kata wina (= ina atau qina dalam bahasa Indonésia purba.

183. Timbulnja bunji x, y dan w itu berdasarkan gedjala² Sandhi. ,,Dalam bahasa Melaju kata ěmpat, djika berdiri sendiri atau pada permulaan kalimat, diutjapkan sebagai qěmpat. Dalam kata² těbu wěmpat buku (empat batang tebu) bunji q mendjadi w atas pengaruh bunji u jang mendahuluinja." (Fokker). Dalam kata seperti wina dalam bahasa Bulanga bunji w itu mendjadi tetap dan dari prosés², jang analoog timbul bunji y dalam bahasa Buli dan x dalam bahasa Muna.

184. Bunji sisipan. Dalam banjak bahasa Indonésia ber-bagai² vokal dapat berdiri berdampingan. Djaranglah vokal mengikuti bunji pepet atau sebaliknja; dalam beberapa hal dalam bahasa Madura terdapat kata taěn (tali). Dalam banjak bahasa Indonésia terdapat bunji-perantara atau bunji-pemisah antara beberapa vokal. Tentang hal itu dua gedjala perlu diperhatikan :

I. Antara bunji u dengan sebuah vokal dan antara bunji i dengan sebuah vokal terdapat setengah-vokal. Dalam satu bahasa terdapat kata buah dan dalam bahasa lain buwah jang sama artinja. ,,Dia" ialah dalam satu bahasa ia dan dalam bahasa lain iya.

II. Dalam banjak bahasa Indonésia bunji q atau h terdapat antara dua vokal, terutama djika kedua vokal itu sama, misalnja dalam kata léhér dalam bahasa Melaju dan leqer (léhér) dalam bahasa Madura.

185. Achiran kata jang berachir dengan vokal ialah lemah, keras atau seperti bunji aspirate bunjinja. Dalam bahasa Madura pada tiap² vokal asli jang terdapat pada achir kata dapat ditambahkan h seperti dalam kata matah (= mata dalam bahasa Indonésia purba). Dalam bahasa Busang dalam hal itu terdapat hamza, dan bunji i jang mendahului hamza itu mendjadi e dan bunji u mendjadi o.

Bahasa Indonésia purba: lima = Bahasa Busang: limàq
děpa děpaq
buta butàq
běli běléq
laki lakèy
tali talèq
asu asòq
batu batòq
kayu kayòq

68