Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat.pdf/250

Halaman ini tervalidasi

250

Artinja, djangan di makan dehoeloe, djikaloe belon njata ratjoen atau penawar, djikaloe di makan djoega matinja boleh, hidoep poen boleh, djikaloe soedah di pereksa jang njata, sekalipoen mati tiada mendjadi penasaran lagi, adalah sepertiken pantoen hamba jang hina ini.

Koedrat iradat toehan idjata,
Belon di lihat djangan di kata,
Djikaloe di lihat dengan doea mata,
Tamsilken di dalem tjita.

Setelah itoe, maka toean poetri poen memboeka serta di libatnja dari boengkoesan itoe, dari pada kaen hitem den pinggirannja poetih.

Maka berdateng sembah dang Rekawati, apakah sebabnja boengkoesannja itoe dari pada kaen hitem pinggirannja poetih.

Maka sahoet toean poetri sambil tersenjoem, artinja inilah orang terselit dengan menanggoeng doeka, soenggoe boengkoesannja djelek, isinja teroetama dalemnja.

Setelah soedah terboeka, maka laloe di batjanja, bahoewa ini hikajat Tambatan Kalbi tjinta Birahi namanja, aken karangannja orang jang hina, jang berhambaken diri kampoeng Moewara.