Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat.pdf/344

Halaman ini tervalidasi

344

bahken roepa jang lemah lemboet, itoe poen pitnah djoega jang dateng kepada kita.

Setelah itoe maka sahoet dang Rekawarna kedoea dang Rekawati, ini lagi satoe sebagi soeda beradoe ia poen bangoen mengadoe biroe.

Setelah itoe maka dang Poespawati poen mendoesindari pada tidoernja, serta mendenger kata dang Rekawati, maka laloe bangoen doedoek serta berkata, sedeng bitjara sadja kita tida bole tjampoer istemewa ada makanan jang nikmat-nikmat, tentoe ia hendak makan sendiri den apakah bedanja antara diri dengen jang laen, itoelah diri tida maoe pikir.

Setelah itoe maka dang Soendari poen bangoen serta katanja; bitjara apakeh ini kita handak tidoer tidaken bole serta katanja kepada dang Poespawati djanganlah diri berkata demikian adalah seperti adatnja toean poetri Tjindra Sari, bahroe djoega semalem tadi mandenger hikajat ibarat orang jang djelek hati, den kelakoewan kebentjian orang den sekarang telah bersakit hati, apalah goenanja kita pentang mata den pasang koeping, kemoedian sekarang tiadalah jang mengikoet stoeran hikajat itoe.

Setelah itoe maka saboet dang Semendara, dari dalem tiri mewangga ini lagi satoe sebagi orang orang laen handak di adjar, diri sendiri kaloe bitjara soeka