Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/174

Halaman ini tervalidasi

653

kaloe bidoewanda itoe mengataken di hadepan toean poetri apalah kelak soedanja, kerna toean poetri itoe sanget paham, takoetnja patek terboeka rahsija ini.

Maka sahoetnja: Hai Sahbanda tiadakah beta takoet djikaloė kakanda rasahken beta seperti ratjoen, masahken tiada di boewangnja beta di sini, apalah goenanja dengen menanggoeng sakit.

Setelah itoe maka bidoewanda itoepoen sampe kedalem astanah, den anak radja itoepoen sedeng doedoek bersama sama toewan poetri.

Maka bidoewanda itoepoen persembahken kata itoe, maka setengah berkata anak radja poen memberi isarat bidoewanda itoepoen dijemlah sekali.

Adapoen maka setelah toean poetri melihat hal kelakoean bidoewanda itoe, maka sanget masgoel hatinja serta tijada dapet berkata kata lagi, serta katanja: jakakenda mengapakah orang sedang berkata toean larangken, kaloe kaloe kata ini kata rahsija, maka anak radja itoepoen membaiki lakoenja.

Katanja: mengapakah toewan berkata demikian, boekan tijada baek, djikaloe ia berkata segala perkataan jang memberi sakit hati adinda, sebab adinda sedeng berdendam hati dengan Indra Paulana Tamsil Maripat, maka kemdijan ia membawa chabar jang seperti orang bertjinta tjintahan, apa lah soedahnja hati adinda, kerna sabenarnja kakanda sanget berkasih kasihan dengen Indra Paulana Tamsil Maripat, sebab telah terlandjoer