Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/298

Halaman ini tervalidasi

777

Maka kata baginda, ja: anakoe pegimanakah bitjara toewan, kerna selamanja toewan ada dalem negri ini, den banjaklah segala anak radja radja jang dahoeloe itoe dateng meminang toewan, den telah ajahenda kataken jang toean ada soewami, maka sekalijan tijada djoega aken menoeroet seperti bitjara ajahenda, maka masing masing hendaklah membinasahken negri ajahenda, den sekarang apakah bitjara anakoe, kerna ajahenda orang soedah toewah, mata koerang penglihatan den koeping poen koerang pendengeran, den pada pikir ajahenda hendak memberi chabar pada soewami toean di negri Toral Arkan, tetapi ajahenda maloe sebab ananda telah memberi soerat padanja, maka itoelah hati ajahenda sanget mesgoelnja, den sekarang ini apalah bitjara anakoe, kerna djikaloe ajahenda tida terima, nistjaja binasalah negri kita, den djika loe ajahenda terima, maka apalah halnja toewan ada soewami, lagi toean hanja seorang den jang meminang banjak segala anak radja radja, dan sekarang kemana lagi ajahenda meminta toeloeng, kerna ajahenda tiada mempoenjai daja oepaja lagi.

Setelah permasoeri mendenger kata baginda, maka aer matanja poen rembeslah, den toean poetri Tjindra Sari poen menangislah, sebab menangislah, sebab mengenengken oentoeng soedaranja itoe, kerna takoet kaloe kaloe ija pergi lagi mengoembara apalah soedahnja, kerna soedaranja jang di kasihi lagi berboedi, serta aribnja dan sabarnja.

Soeltan Taboerat

93