Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 03.pdf/211

Halaman ini tervalidasi

1187

Maka permaisoeri poen mentjioem kaki soewaminja serta menangis menghimpasken dirinja, dan toewan poetri Mahroem Sari kedoewa toean poetri Mahroem Siti itoepoen menghimpas himpasken dirinja, serta menarik narik ramboetnja itoe dengan ratapnja itoe, wai! toean? sampe hati aken ajahenda meninggalken hamba ini sekalian dan hilanglah tjahja negri, dan poetoeslah harep ananda sekalian ini, dan segala radja radja poen hilanglah pandangannja, seoepama sendjata hilanglah pamoernja pada beta ini sekalian, wai toewankoe: keramat di dalem negri, zimat segala radja radja dan alim moetaalim dan penghoeloe segala radja radja jang beragama, dan siapa lagi jang boeka djalan pada agama, wai toeankoe: apalah goenanja beta lagi ini di tinggal oleh toewankoe, sampenja hati tida hendak bernanti pada padoeka tjoetjoenda ini, wai toewankoe bilamana hamba bertemoe poela toewan, di padang mana toewan nantiken, dan djembatan mana toewan sebrangken, tidakah toewan belas melihat anak tjoetjoe toean ini.

Adapoen maka satelah soeda di ratapinja itoe maka laloe mait Soeltan poen di soetjiken oranglah dengan sampoernanja, seperti sebagimana adat radja radja jang besar besar itoe, serta di kapani seperti mana perentah Sara itoe.

Satelah soeda zinazah di boeat orang, maka datenglah segala alim moetaalim dan oelama dan pandita dan segala kari kari dan ahli Bidaah itoepoen datenglah sekalian, serta berboeat djikir