Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 03.pdf/400

Halaman ini tervalidasi

1466

Satelah baginda soeltan mendengar kata anaknja itoe, maka heranlah dirinja serta menggeraken kepalanja, katanja: ja anakoe dan boewah hatikoe, mengapakah toean ini membawa pekerti jang demikijan itoe dan tida patoetnja atas pekerti anakoe itoe, sebab telah beberapa kali anakoe berboeat kematijan matijan padanja, soeatoe poen tida ia mendapet mati, dan telah berapa kali ia handa di boenoehnja, maka belon lagi ia boleh mati, dan sekarang pada penglihatkoe dan pendengerankoe ini telah sampoerna kebadjikan dan keramatnja, serta boedinja poen baek, dan lagi tida soeka sekali hendak membalesken kesalahan orang, dan lagi djikaloe lain dari pada Indra Maulana Askandar Sjah apakah soedahnja seperti perboeatannja anakoe itoe, dan seperti perboeatannja toean poetri itoepoen, tidalah ingat ingat pekerdjaan anakoe, tetapi pada pikir ajahanda ini, djikaloe ada oentoeng djodonja serta dengan toelisannja, hendaklah ajahanda ingin mengambil mantoe kepadanja, soepaja ia beristri dengan soedara toean, poetri Maal Djamdjam Seri Negara, kerna telah patoetlah pada penglihatan ajahanda jang anakoe mendjadi ipar kepadanja, dan sekarang belon lagi djadi ipar anakoe, maka datenglah pikiran djahat pada hati jang djahatnja anakoe, bahoea sabarlah toean dari pada hal itoe, kerna ajahanda takoet kaloe kaloe dateng balesan di belakang kalinja, dari sebab anak itoe boekan barang barang ia keramatnja,lagi sangatlah sekali boediman.