Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 04.pdf/181

Halaman ini tervalidasi

1807

wankoe radja mahkota negri, moehoenlah ampoen hambamoe bahoewa hamba mengakoe jang soenggoch hati, bahoewasanja sebab kami berani mengataken anak soedager itoe mati terboenoeh oleh anak radja itoe, dari sebab ada di dalem kitab hamba bernama djamoes, oken bidaä ham- ba itoelah moelanja.

Satelah soeltan mendengar kata itoe, maka besi itoepoen di angkat oranglah, laloe bertanda lah pada pahanja soeratan besi itoe demikianlah terseboet dalem soeratannja besi itoe.

„Bahoewa inilah tanda hamba Allah jang telah berdoesta tida dengan sebener benarnja. dengan hoekoemnja soeltan Mahran Langga Sari ija mendapet tjap pada pangkal pahanja.

Maka Indra Maulana Askandar Sjah palsoe poen kelengarlah ija setelah inget dari pada pangsannja, maka laloe ija soedjoed menjembah ken pada kaki radja, serta sembahnja: jatoeankoe sekarang hamba mengakoe pada toeankoe, bahoewa sebabnja hamba berani mengataken jang anak soedagar Sabagi itoe mati di boenoeh oleh anak radja Bahroel Alam, itoelah sebab kitab hamba djoega jang mengataken, dan anak nja penangkep ikan itoe soenggoeh ija mati di makan matjan, kerna, soedara penganak peraoe ada ija mengataken di makan boewaja, semoewanja di dalem kitab hamba telah termadjikoer.

Maka radja poen berkata: Hai Indra Maulana Askandar Sjah, di manakah adanja sekarang kitabmoe itoe?