SURAT-SURAT NILAI SASTRA BUDI DARMA BUKAN main menariknja tulisan Umar Junus Tentang Hakikat Sastra jang dimuat dalam Horison, Djanuari '69. Menarik sekali karena persoalan jang dikemukakannja menarik. Kalau kita berpegangan pada pendapat Umar Junus tersebut, maka analisa terhadap karja sastra ditudjukan terutama kepada bentuk daripada karja itu, daripada ke- pada isinja, Dengan tidak ragu saja dapat menerima pen- dapat ini. Kenjataan menundjukkan, bahwasanja isi karja sastra merupakan nomor dua dalam membentuk karja itu sebagai karja jang bernilai sastra. Tjontoh banjak terda- pat dalam novel. Tristram Shandy karja Lawrence Sterne isinja sangat absurd. Tapi isi jang absurd ini dituangkan dalam bentuk jang sangat uniek, sehingga karja ini mem- punjai nilai sastra jang tinggi. Pembatja lebih dihanjutkan kedalam alam jang ingin dilukiskan penulis melalui ben- tuknja lebih banjak, daripada melalui isinja. Seorang pa- man jang gemetar menghadapi djanda jang akan dikawi- ninja padahal sipaman ini impotent karena ketjelakaan kuda, adalah isi jang mungkin menarik. Tetapi menarik- nja isi ini akan gagal memiliki daja tarik, seandainja ben- tuk jang dipakai oleh penulis kurang mengena. Namun Sterne melukiskannja dengan bentuk jang sangat uniek, jaitu dengan garis tjorat-tjoret tidak karuan untuk meng- gambarkan gemetarnja tongkat sipaman karena badan sipaman gemetar takut menemui djanda itu. Bentuk jang dipergunakan oleh Aldous Huxley da- lam novelnja Antic Hay djuga menjebabkan karja dengan isi biasa ini mempunjai nilai sastra jang baik. Halusinasi adalah soal jang uniek, akan tetapi bentuk jang dipergu- nakan melukiskan halusinasi lebih uniek lagi sehingga karja ini mempunjai nilai sastra. Menurut pendapat saja, djustru bentuk itulah jang me- nentukan apakah suatu karja bernilai sastra. Dengan ber- pendapat demikian, dengan sendirinja saja tidak berpen- dapat bahwa isi dilepaskan samasekali dalam menilai apakah suatu karja bernilai sastra atau tidak. Setidaknja, bentuk mempunjai bobot jang lebih berat untuk menim- bang nilai sastra suatu karja. ingat akan asal-usul kelahiran puisi didunia ini. Kita masih teringat bahwa inspirasi bagi seseorang untuk me- nulis diberikan oleh Muse, demikianlah kepertjujaan orang Junani Kuno. Salahsatu Muse jang patungnja masih ter- pantjang di Roma dituliskan sebagai mengatakan: „Un- luk apa aku mempunjai seribu lidah kalau tidak untuk menjanji ?". Ini suatu kias lahirnja puisi (dia ada- lah Muse puisi) terdorong adanja keinginan untuk me- lontarkan kata jang indah, dimana isi menjusul kemu- dian. Yeats, penjair pemenang hadiah Nobel untuk sastra. menulis puisi djuga setelah mendapat inspirasi untuk me- lontarkan kata indah meskipun kita tidak bisa me- mungkiri bahwa puisi Yeats sarat diboboti oleh isi jang berat dan bernilai tinggi. - - Sedangkan pada Thomas Hardy demikian pulu halnja. Padahal, soal Hardy uniek kalau dibandingkan dengan penjair lainnja. Ketika muda dia mentjoba menulis puisi tapi selalu gagal. Dia lalu mentjoba mendjadi novelist walhasil, dia mendjadi novelist jang sangat berhasil. Bah- wasanja bentuk lebih penting bagi suatu karja untuk me- nentukan bobot nilai karjanja adalah benar, tapi seperti kita ketahui tadi, isi mempunjai bobot jang relatief lebih tinggi daripada dalam puisi untuk menentukan nilai sas- tra suatu karja. Isi tidak bisa dilepaskan daripada bentuk dalam puisi, apalagi dalam novel. - Dan ketika Hardy sudah tua, dia berputar kearah pen- tjiptaan puisi lagi walhasil diapun mendjadi penjair jang berhasil pula. Bahkan dalam persoalan Hardy seba- gai penjair ini, bentuk baginja menempati posisi jang pen- ting dalam menentukan nilai sastra jang ada pada puisi- nja. Salahsatu penolong bagi penulis untuk mengungkapkan idenja melalui bentuk jang indah adalah imaginasi. Kalau seorang penulis mempergunakan imaginasi untuk meno- long dirinja, maka peranan isi makin terbawa kedaerah jang lebih besar bobotnja untuk menentukan nilai sastra suatu karja. Hal ini terasa sekali pada puisi. Tjontoh di- mana seorang penjair jang mempergunakan pertolongan imaginasi, sehingga dengan sendirinja menambah bobut pentingnja isi, tapi achirnja terdjebak oleh imaginasi itu HORISON / 19 Dalam puisi, bahwa bentuk lebih memegang peranan penting dalam menentukan apakah suatu karja mempu- njai nilai sastra, lebih kelihatan dengan njata. Kita masih
Halaman:Horison 01 1970.pdf/19
Halaman ini belum diuji baca
