Halaman:Horison 01 1970.pdf/23

Halaman ini belum diuji baca

Salah seorang kerabat jang djauh, pewaris jang ulama dari kepemimpinan desa dan keluarga mati tiba2, (Mereka belum bisa membuat diagnosa, ini penting untuk diketahui). Lantas bangkitlah saudaranja. niengenakan pakaian2 perang dari abad jang lalu, memukul genderang dan gong sepandjang empat puluh hari empat puluh malam, menari sampai mabuk. Dan pun- tjak dari seluruhnja, turuplab keempat saudara si-mati, menari tarian perang dengan hentakan² jang keras. Kalau tuban itu betul2 ada, mari kita saling berhadapan! Teriak jang tertua sesudah si-mati Dung-dungdungdung - dung, Djangan membunuh dari belakang! Serunja sambil ber-putar dung dung dung bunji tambur semakin tjepat. Ia mengatjung kan tombaknja ketempat kediaman tuhan, jakni diatas langit. Saja akan berhadapan sebagai laki", teriaknja mendekati raungan lalu melempar kan tombaknja kuat kedepan: tjass! tom bak itu tertantjap dalam disebuah bon. po Disekitar arena itu, orang berdiri enjaksikan dengan dada jang bergemuruh, Tja, lalalalala .serjau ! Tapi disitu djuga hamba Allah kita sedang duduk diam2 dengan tenangoja di atas punggung kuda. Dan setelah terdiam semua, ia turun ketengah arena masib djuga diatas punggung kuda : Tuhan akan mendengar tantangan ini. Dan sekarang, boleh pilih. Siapa jang mau mengikut saja segera ikut, dan jang tidak. boleh tinggal untuk menghabiskan sisa daging. Ia berbalik lalu pergi mematju kuda nja ketengah padang. lanpa ada jang mengikutinja. Waktu itu siang tjerah sekali, tapi tiba seutas kilat memantjar dari menukik lengkung langit dan ketengah perajaan itu maka hantjurlah desa itu dengan segala apa jang ada, bangus lerbakar. Itulah sebabnja kuburan itu berada di tengah padang, Sebab ia malu dikuburkan bersama kerabatnja jang menanggung kutukan pada tulang mereka. Tapi tuan tak usah buru" kalau tuan seorang beragama apalagi kristen menggelengkan kepala karena merasa terlibat dengan kutukan atas umatnja, kutukan sang mahakasih. Kisah itu terdjadi sungguh2, tapi tjuma satu tjontoh tentang perang antara kafir melawan kafir, selebihnja kita mesti menunggu beberapa generasi lagi baru bisa kita madju. (3) Seorang ber-teriak" diperhentian bus bajur, bajur, csw, CSV ! Orang2 berlarian berebutan naik bus, karena memang mereka punja sematjam nafsu untuk mentjari tempat jang baik dan jang berikutnja sampai ketudjuan. Kondektur mengambil mata uang jang terketjil jang dipegangoja lalu disodorkan pada peneriak tadi, bagian terketjil dari basil penarikan ongkos bus. Sementara itu peneriak tadi tinggal ditempatnja menunggu bus lain lagi, dan bus itu berdjalan ketudjuannja. kata Ini sematjam mata pentjaharian, pendeta E padaku. Dan tidak perlu ada hubungan antara peneriak dengan tudjuan jang diteriakkannja. Aku tertawa waktu itu, sebab kata pen deta itu pula : Barangkali mendjadi pendeta sekarang inihusti be-gitu. Pendeta itu semata satu bidang nafkah, Djadi terserah sikapmu sendiri, tak perlu ada kena mengenanja dengan tugas. Iman apa itu iman ? satu surat (Seluruboja ini sebenarnja jang saja buat rangkap empat: satu buat pendeta saja, seorang kakak dan rekan : Eka Darmaputera, lalu satunja buat saba bat saja Sumartono, seorang kristen-atheis, lalu satunja lagi untuk Theresa jang se- latu ragu2 mengambil sikap iman, sedang lainnja untuk arsip. Telah terbit : DUKAMU ABADI untuk Djakarta bisa beli di kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono 1967/1968 tebal 56 hal. harga Rp. 200,- (tambah ongkos kirim 10%) Toko Seni CIPTA PKD Taman Ismail Marzuki Tjikini Raya 73, Djakarta. atau langsung kepada Madjalah BASI! djl. Abubakar Ali 1 Jogjakarta. HORISON / 23.