SIUPP: No. 18#SK/MENPEN/SIUPP/
D. 1/1986. tanggal 3 Juni 1986.
Pemimpin Umum :
Mochtar Lubis
Pemimpin Perusahaan :
Mochtar Lubis
Pemimpin Redaksi :
Harmsad Rangkuti
Redaksi :
H.B. Jassin
Taufiq Ismail
Sapardi Djoko Damono
Sutardji Catzoum Bachri
Penyantun/Penasehat :
Mochtar Lubis
Jacob Oetama
Ali Audah
Arief Budiman
Aristides Katoppo
Goenawan Mohamad
Sofjan Alisjahbana
Umar Kayam
Penerbit :
Yayasan Indonesia
ISSN :
0125 - 9016
Alamat Redaksi :
Jl. Gereja Theresia 47
Telpon : 335605
Jakarta 10350
Tata Usaha/Distributor :
Gramedia.
Jl. Gajah Mada. 104/P.O. Box 615
Telpon : 6297809
Jakarta 11001
Pencetak :
P.T. Temprint
Hampir dua tahun yang lalu saya pernah ikut-serta dalam sebuah konperensi di Geneva yang membicarakan berbagai perkembangan di dunia. Beberapa peserta ahli-ahli: ekonomi dari negara-negara barat yang mempelajari dengan saksama perkembangan perekonomian negara-negara Eropah Timur waktu itu telah mengatakan, bahwa Gorbachev telah melontarkan semboyan glasnost dan peresteroika, adalah bukan saja karena kesadarannya terhadap akibat-akibat buruk dari penindasan hak-hak azasi dan kemerdekaan manusia yang dilakukan di Eropah Timur oleh Stalin hingga ke Breznev, tetapi juga oleh kesadarannya mengenai kegawatan keadaan perekonomian di Soviet Rusia. Ahli-ahli ekonomi Barat itu mengatakan, bahwa jika kekuasaan komunis di Rusia terus menjalankan kebijaksanaan di semua bidang seperti selama ini, maka perekonomian Soviet Rusia akan ambruk dalam masa sepuluh tahun yang akan datang.
Ternyata kini kehancuran perekonomian Soviet dalam waktu dua tahun saja setelah pertemuan itu telah berada di ambang pintu keambrukan. Hal yang sama juga terjadi di negara-negara yang dikuasai kaum komunis lain, seperti Polandia, Hongaria, Cekoslovakia, Hongaria, Rumania. Kecuali Romania, negeri-negeri komunis Eropah Timur yang lain telah ikut banting setir mengikuti jejak Soviet Rusia.
Pelajaran utama yang dapat diambil dari kebangkrutan kekuasaan komunis di Eropah Timur tidak lain, bahwa kekuasaan yang disentralisasi demikian ketat, perencanaan perkembangan ekonomi yang diatur semuanya oleh pusat kekuasaan, ditambah dengan sangat dibatasinya hak-hak azasi dan kemerdekaan manusia, tidak diberinya ruang dan kesempatan pada warganegara untuk melakukan kritik, dan menyatakan pendapat serta hasrat-hasrat mereka, dan mengemukakan gagasan dan wawasan yang lain yang berbeda maupun bertentangan dengan gagasan dan wawasan resmi, telah membekukan kreativitas,
( Bersambung ke hal 433 )
Catan Kebudayaan |
majalah sastra No. 1 Thn. XXIV 1990 Kronik |
Surabaya - Jakarta |
————— HORISON/XXIV/435 —————