Halaman:Hutan Pinus.pdf/25

Halaman ini belum diuji baca

dari cerita yang kusampaikan, mereka telah memilki gambaran ayahku dalam benaknya masing-masing. Banyak sekali teman ingin bertemu dan berkenalan dengan ayahku. Tetapi dari cerita yang kusampaikan, mereka telah memiliki gambaran ayahku dalam benaknya masing-masing. Banyak sekali teman ingin bertermu dan berkenalan dengan ayahku, tetapiitu semua cuma sebatas keinginan. Karena, kataku ayah sangat sibuk dengan pekerjannya. Ayah tidak ingin aku dan ibu kelaparan barang sekejap pun. Alasanku ini semakin membuat teman-temanku mengagumi ayah.

Mata pelajaran pertama sudah berakhir. Mata pelajaran kedua, gurunya tidak datang. Jadi semua kami berteriak, “Bebas.”

Maksudnya bebas untuk bermain dan bergosip. Aku juga bebas untuk bercerita tentang ayahku yang oke. Kami membentuk lingkaran kecil. Ada empat orang teman- terman yang setia mendengar curhatku tentang ayah, yaitu Tia, Widdy, tka, dan Oci. Mereka selalu menanti cerita terbaru tentang ayahku. Malah dari hari ke hari bertambah banyak kisah tentang Ayah dalam ingatanku.

Aku memulai cerita tentang ayah. “Ayahku itu, kalau Pulang kerja selalu membawakan aku dan ibu makanan favorit kami. Tidak pernah ayah absen sekalipun.”

Aku diam, melihat reaksi keempat sahabatku. Dari raut wajahnya, mereka masih menunggu kelanjutan cerita dariku. Aku sangat senang kalau sudah begini, ini bisa membuatku bersemangat dan semakin banyak cerita yang ingin kuceritakan.

“Ayahku, sangat senang membaca. Wawasannya Sangat luas. Semua berita dan cerita, ayahku tahu mana yang ter-update,” dengan semangat yang menggebu aku bercerita tentang ayahku.

“Ayahku, tidak suka kalau aku menonton sinetron. Tidak mendidik ucap beliau. Ayah juga memasukanku les

13