Halaman:Hutan Pinus.pdf/32

Halaman ini belum diuji baca

Kalau bukan karena ia adalah teman baik saya sejak lama, tentu saya akan menyela bicaranya . Saya akan mengatakan dengan terang-terangan betapa tidak perlunya menghabiskan waktu bicara banyak tentang kesalahan orang lain. Toh, kita pun tak kan bisa mengubahnya. Abaikan saja.

Mungkin saat itu saya berpikiran begitu karena belum pernah berada pada posisi seperti yang teman saya alami. Bukannya saya mengatakan bahwa semua teman-teman saya jujur, setidaknya tidak satu pun dari mereka pernah membohongi saya, sampai saya merasa dirugikan. Sedangkan masalah berbohong itu sendiri, dari awal sudah saya katakan bahwa saya orang yang tidak terlalu peduli perangai orang lain.

Saya sendiri pun juga tidak bisa dikatakan tidak pernah berbohong. Beberapa kali saya pernah membuat kebohongan-kebohongan kecil dan sialnya selalu ketahuan saat saya melakukannya. Misalnya ketika handphone saya berbunyi terus seharian, saya jadi malas mengangkatnya dan mengabaikannya. Besoknya ketika teman-teman saya bertanya kenapa saya tidak mengangkat panggilan mereka padahal ada hal penting yang ingin mereka tanyakan, saya katakan bahwa handphone saya tidak ketemu, dan baru tadi pagi ditemukan.

Mereka hanya mengatakan. “Ooh.” Kemudian saya berlaiu tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Tapi kemudian saya mendengar seorang teman berbisik kepada teman yang lain kalau saya kemarin membalas sms-nya. Ituartinya HP saya tidak hilang. Tetapi teman yang diberitahu itu hanya mengangguk-angguk saja.

Kami tetap berteman seperti biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Apa karena pertemanan kami begitu alotnya sehingga kesalahan-kesalahan kecil akan dengan mudah termaafkan. Saya juga tidak bisa

20