mengatakan begitu, karena kami hanya teman-teman sekelas saja. Dan saya pribadi juga tidak pernah merasa benar-benar akrab dengan salah satu dari mereka.
Sampai saya kelas satu SMA, saya tidak pernah satu kelas dengan Ayu yeng berhati lembut. Saya mengatakan ia berhati lembut karena perasaannya mudah sekali terganggu hal-hal kecil yang menurut saya sepantasnya diabaikan atau dilupakan. Saat naik kelas dua dan ketika pengambilan jurusan, ternyata saya sekelas dengan Ayu. Itupun tidak masalan bagi saya, walaupun kadang-kadang Saya juga kesal pada Ayu. Tapi itu tidak berarti apa-apa. Memang dari dulu saya dikenal sebagai orang yang tidak pernah dendam ataupun marah kepada teman manapun. Sukan semata-mata karena saya pemaaf, tetapi lebih karena sikap saya yang abai dan juga karena sifat pelupa saya yang akut sehingga dengan mudah saja saya mMemaafkan dan melupakan kesalahan seseorang maupun diri saya sendiri, jika habis bertengkar atau berselisih Daham,
Ternyata karena saya sering ‘upa itu sesekali juga menguntungkan saya. Saya secuju sekali dengan apa yang Gikatakan Pak Jup, guru agama di sekolah yang mengatakan bahwa terkadang lupa itu juga rnerupakan rahmat dari Tuhan. Segini ceritanya, suatu kali saya bertengkar dengan teman sekelas saya. Penyebabnya tidak ingin saya ceritakan di sini, yang jelas pertengkaran itu dikarenakan kesalanan saya yang baru belakangan ini Saya sadari. Karena hari itu banyak sekali PR dari guru. Sampai tengah ma!am dan pagi berikutnya perhatian saya tersita untuk menyelesaikan tugas itu.
Yi sekolah, saat baru masuk kelas saya berpapasan dengan teman yang baru kemarin bertengkar itu dan kami belum bermaaf-maafan. Tetapi saya tidak ingat lagi. Saat itu ia memandang saya dengan muka masam dan sepertl sean menyapa saya. Karena saya lupa pertengkaran
21