Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/212

Halaman ini tervalidasi

dan ahli agama, sukarlah untuk memaafkannja. Djika seorang pesuruh kantor pada djamam revolusi menjeberang kepada musuh tatkala musuh menduduki kota perdjuangannja, maka ia dapat dimaalkan. Telapi djika perbuatan itu dilakukan oleh seorang pemimpin perdjuangan, maka sukarlah memaafkannja, dsb. dsb.


Demikianlah kata intelektual" ilu disini sangat malang dipergunakannja dalam discours ini, se-akan2 mengandung kontradiksi. Oleh karena itu sebenarnja kami sendiri lebih tjenderung untuk mempergunakan kata "clericus" dalam arti seorang sardjana jang melalui panggilannja membuat suatu prestasi kepada masjarakat sebagai imbangan dari kata laicat". Tetapi kata "clericus" mengasosiasikan kita dengan pedjabat keagamaan, sehingga dapat menimbulkan prasangka2 tertentu.


Dalam pengertian, bahwa intelektual adalah seorang jang mendapat panggilan intelektual sebagaimana dikemukakan oleh A.D. Sertillanges1), maka panggilan intelektual adalah panggilan sebagai apa jang menurul Borgson panggilan kepada seorang pahlawan. Djustru oleh sifatnja jang penuh pengabdian kepada umat-manusia itu seorang intelektual mempunjai kesetiaan kepada masjarakataja, dengan mana masjarakat itu akan berkembang kearah sesuatu jang tak dapat ditjapai, tetapi sumber segala kehidupan. Sebagaimana dalam sedjarah maka masjarakat itu penuh dengan tantangan dan djawaban, sebagaimana tadi diperlihatkan oleh fenomenologi dialektik, perkuatan diri bentuk evidensi tertinggi akan mengembangkan diri dalam kemerdekaan. Meskipun tidak terlalu berhasil, namun intuisianisme Bergson sudahlah pada tempatnja disebut oich I. Benda sebagai falsafah demokrasi. Oleh karena itu perkenankanlah. kami mengachiri tjeramah ini dengan mengutip representans rasionalisme mutlak itu jang mengakui Bergson sebagai lawannja itu, bahwa sebagaimana cartesianisme merupakan faisalah aristokrasi, bergsonisme sangailah merupakan falsafah demokrasi.2





[1]A.D. Sertallanges. Het intellectuele leven. Vert. A.M. Jannsen, tahun terbit tak diketahui, pp. 12-18.
[2]2) Julien Benda, Sur le succès du bergsonisme, p. 218.

  1. Herbert Read, dst.
  2. Herbert Read, dst.