Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/80

Halaman ini tervalidasi

tangan sadja diantara orang² jang mendjalankan pemerintahan, dan tidak terdapat pada rakjat banjak berdasar djasa kerdjanja.

Apakah arti peladjaran Marx sekarang ? Peladjaran itu dianggap berat sebelah karena Marx menentukan bahwa nasib manusia hanja dapat diperbaiki bilamana sistim ekonomi dirobah sama sekali, karena sistim ekonomi itulah jang menentukan sifat bangsa. Determinisme Marx ini dibuang olah sardjana² angkatan baru karena terlalu menekankan kepada ketentuan itu, karena jang njata ialah bahwa banjak hal lain menentukan nasib manusia. Djuga karena ternjata bahwa pandangan Marx tidak berlaku bagi beberapa negara sebagai digambarkan diatas. Selandjutnja Marx terlalu dituntun oleh pandangan politik, sehingga kurang berharga sebagai sardjana jang diharapkan tidak boleh memandang dari satu sudut sadja. Dan sebagai nabi ia dianggap tidak tepat dalam ramalan²nja, karena negara² komunis jang mendjalankan pemerintahan diktatur tak dapat menghapuskan pemerintahannja dengan demikian sadja. Pernjataan Marx, bahwa: ,, . . . . . pemerintahan akan hilang dan masjarakat buruh akan memerirah sendiri . . . . . “ dianggap sebagai suatu chajal belaka, dan suatu chajal tak dapat didjadikan dasar sesuatu ilmu.

Sedjadjar dengan pendapat² lainnja seperti Robert Malthus, Darwin, Huxley, dan sematjamnja jang ditjela karena berat sebelah, maka djuga pendapat Marx mempunjai hikmahnja. Hikmah itu ialah bahwa nasib buruh lebih banjak diperhatikan baik dinegara-negara djadjahan teristimewa pada zaman terachirnja maupun dinegara-negara kapitalis sendiri.

Sebaiknja kalau dalam usaha perbaikan itu jang sayu tidak menjalahkan jang lain tetapi bersama-sama mentjari djalan untuk perbaikan. Ini sebabnja, bahwa kita dibingungkan kalau ada interpretasi jang keliru, jang hanja mendatangkan perasaan bentji kepada golongan atau kepada orang lain.

Tafsiran keliru mengenai kapitalis dan kapitalisme mudah sekali memusuhkan kaum jang tidak punja terhadap golongan jang punja, karena mereka mengira bahwa kaum jang punja itulah jang menjebabkan kemiskinan mereka, padahal kepunjaan mereka itu adalah akibat mereka bekerdja, beladjar, dan sebagainja, bukan karena perampasan sebagai jang diadjarkan oleh Marx.

Jang patut diperhatikan djuga ialah bahwa istilah kapitalisme itu mengandung arti efficiency, radjin bekerdja, spesialisasi, suka menabung dan sematjamnja jang biasanja menuntun perusahaan atau usaha² lain kepada suatu hasil jang baik dalam sistim kapilaliame ini. Unsur kapitalisme sebagai tersebut tadi itu sering dilupakan orang, padahal pemakaian modal tidak akan berarti bilamana tidak diikuti oleh disiplin bekerdja jang tadjam ini. Perusahaan betapa besar djugapun modalnja akan mudah bankrut bilamana tidak didjalankan dengan efficiency jang sebesar-besarnja.

Dalam gerakan koperasi Bung Hatta, sekalipun membuang pemakaian kapital setjara model kuno atau model baru, mengandjurkan efficiency barat jang harus dikawinkan dengan semangat golong rojong.

Sifat efficiency ini diandjurkan oleh agama Protestan di Amerika Serikat, jang membolehkan bekerdja keras dan mendapat kekajaan karenanja. Agama katolik melarang mengumpullkan harta, karena harta mudah membawa dosa. Protestan lain pendapatnja. Mengumpulkan harta dibolehkan asal sadja harta itu dapat dipergunakan untak beramal. Pandangan ini antara lain menjebabkan mengapa negara kapitalis Amerika Serikat jang kaja itu selalu siap untuk menolong bangsa² jang sedang ditimpa malapetaka. Andaikata kapitalis Amerika masih berarti menurut tafsiran Marx,