Halaman:Istana Kumala Putih Jilid 2.pdf/5

Halaman ini telah diuji baca

juga ada harganya untuk ditangísi.” demikian terdengar suara dari arang tadi yang berada di belakangnya Kim Houw.

Diluar dugaan, San Hua Sian Lie bukan saja terus menangis tidak hentinya, malahan lari kebelakang Kim Houw. Tat kala Kim Houw menengok, dibelakangnya ada seorang tua berbadan tinggi besar seolah olah raksasa San Hua Sian Lie yang Serada di dalam pelukannya, kepalanya cuma mencapai di dadanya, ia masih terus menangis, seolah-olah sedang mengigau ia berkata dengan tesisak-isak: “Ayah ! Cucu perempuanmu yang patut dikasihani !”

To Pa Thian sejak Kim Houw menyebutkan namanya juga lantas hentikan pertempurannya dengan Lie Cit Nio, ia mengerti sekarang telah salah lihat, bocah ini memang benar bukan Siauw Pek Sin yang pada tiga tahun berselang pernah menipunya........

Sebuah bangunan istana sangat mentereng4