-1-
djadi merasa sänget tida enak dan menjomel : „Apa akoe bilang, kaoe orang tida boieh minoem, sebab satoe kali minoen lantas bikin kaoe orang djadi mengantoek. Hajo, sekarang kaoe orang pergi tidoer doeloe semoeanja, nanti pada waktoenja akoe mengan toek akoe aken bangoenin kaoe orang."
Itoe anem penggawe dengen zonder dioendang boeat kadoea kalinja, lantas sadja pada rebahken diri di atas marika poenja pembaringan, dan tida lama kamoedian iaorang soeda menggeros geros seperti babi.
Hal itoe sedikit banjak membikin Tio Beng djadi tjoeriga, sebab selamanja ia belon perna liat iapoenja penggawe-penggawe begitoe mengantoek seperti di itoe waktoe, malah iaorang tida taoe menggeros begitoe keras djika iaorang lagi tidoer. la tida bisa abis mengarti mengapa sekarang mendadakan ia orang bisa djadi begitoe lesoe dan tidoer dengen menggeros keras. Ia teroes pikirken itoe hal sembari bikin papreksahan pada pintoe dan djendela-djendela itoe kamar, apa soeda terkoentji dengen baek atawa tida. Tapi mendadak ia poen rasaken badannja sänget lesoe dan beroelang-oelang ia mengoewap sampe mengaloewarken aer mata.
„He, tjilaka tigabelas!" berseroeh ia sendirinja, „mengapa akoe poen djadi lesoe dan mengantoek? Akoe toch tida minoem arak barang setetes!"
„Ai !" berseroeh lagi ia, „mengapa ini pengrasahan mengantoek ada begini keras, hingga tida bisa tertahan lagi !"
Kombali ia mengoewap beroelang-oelang dan iapoenja kapala begitoe berat dan iapoenja kadoea matanja seperti maoe rapet sadja.