Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/92

Halaman ini tervalidasi

"Kamu mau nantangin Abang tentang ekonomi? Kamu udah jelas kalah, Tika. Kamu sama sekali nggak tahu apa-apa. Kamu cuma tahu teorinya saja, tapi tidak praktiknya. Kamu, bahkan nggak tahu pengkalkulasian yang benar dalam menghitung pengeluaran kamu."

"Ter-se-rah!" kataku sambil berjalan meninggalkannya masuk ke dalam kamar.

Aku heran dengan kakakku, semuanya sama saja. Mereka terlalu banyak perhitungan dan pertimbangan. Menurutku, kebiasaan mereka itu sama sekali tidak ada gunanya, hanya memperpanjang proses.

Aku langsung mendapatkan HP itu keesokan harinya. Seperti biasa, aku memang tidak pernah menunggu lama. Tidak ada aksi protes lagi dari abangku, begitu juga kakakku yang lain.

"Baru?" tanya Dian kepadaku, saat dia melihat HP itu.

"Yap!"

"Aku sama sekali nggak bisa melihat faedah gonta-ganti HP, deh. Tujuan penggunaan HP itu, kan, alat komunikasi, apa pentingnya fitur-fitur lainnya, sama aja dengan...."

"Buang-buang uang?" kataku menyambung kalimat Dian.

Aku tahu, pasti itu yang akan dikatakannya.

"Tepat!"

Aku memasukkan kembali HP itu ke dalam saku rokku dan bersamaan dengan itu, lembaran uang dua puluh ribu keluar dan jatuh. Tiba-tiba, entah dari mana, datang angin yang menerbangkan uang itu ke sudut ruang kelas.

"Tika, uang kamu, tuh!" teriak Dian sambil menunjuk uang itu. "Ambil sana, sebelum diterbangkan angin lagi."

"Ah..., malas. Kamu aja, deh."

"Apa?" Dian berjalan menuju uang itu dan memberi-kannya padaku. "Tika, kamu tahu, kan, ini apa?" tanyanya.

"Ini kertas, berwama hijau menyala," jawabku sambil melipat-lipat uang itu dan kembali memasukkannya ke dalam kantongku.

"Iya, ini kertas biasa kalau kamu menilai nilai instrin- siknya, tapi dari segi nominalnya..." nada suaranya meninggi. "Di sana ada angka 20.000,"

80

80