Halaman:Kalimantan.pdf/137

Halaman ini tervalidasi

Barat. Dalam permulaan bulan September 1945 Nica telah mendatangkan pemerintahan sipilnja dengan mendudukkan Residen-residen di Pontianak dan Singkawang.

Rakjat Kalimantan Barat jang melihat kenjataan-ketjataan pahit jang dihadapkan oleh tentera Belanda Nica, jang hendak mengembalikan pendjadjahannja, lebih dahulu harus melalui beberapa majat dan darah rakjat jang bersedia untuk mempertahankan kemerdekaannja. Belum lagi selesai perdjuangan melawan Djepang dan kemudian melawan pihak Tionghoa, sekarang mesti dan wadjib pula bertempur dengan pihak Belanda. Apa boleh buat, karena panggilan tanah-air, karena tuntutan proklamasi kemerdekaan jang tidak memandang djenis, dan suku bangsa dan dimana sadja ada bangsa Indonesia, maka ia harus menggegap-gempitakan semangat perdjuangan kemerdekaan untuk bangsa dan nusa.

Pertempuran jang pertama jang terdjadi di Kalimantan Barat antara rakjat dengan serdadu Nica ialah Sambas pada tanggal 27 Oktober 1945, jaitu beberapa bari sebelumnja rakjat dan pemuda mengadakan: demonstrasi menuntut penurunan bendera Belanda, dan diganti dengan bendera nasional. Peristiwa penggantian bendera harus dibajar mahal dengan djiwa dan raga, dan untuk ini tiga pemuda telah mati ditembak Belanda Nica. Sedjak itu Belanda Nica mulai mengadakan pembersihan dikalangan rakjat dan pemuda serta melakukan beberapa penangkapan.

Perlawanan rakjat tidak terbatas kepada kota sadja, melainkan djuga dipedalaman Kalimantan Barat dilakukan gerakan aksi dibawah tanah untuk melumpuhkan kekuatan Belanda. Perhubungan tilpon, djembatan dan lain-lain sebagainja dirusak dan dihantjurkan, Peristiwa-peristiwa selandjutnja jang terdjadi ialah dikota Bengkajang dalam Kabupaten Singkawang, dimana rakjat melakukan pemberontakan terhadap Belanda jang berhasil merebut Bengkajang dan mendudukinja untuk waktu beberapa hari lamanja. Pemberontakan tersebut dilakukan pada tanggal 7 Oktober 1945, sedang korban djatuh diantara kedua belah pihak tapi pada tanggal 10 Oktober, tiga bari kemudian Belanda mendatangkan bala-bantuan dari Singkawang dan menjerang pertahanan rakjat. Dalam pertempuran itu dari pibak rakjat telah gugur 2 orang, dan lainnja mengundurkan diri kehutan-hutan menanti saat jang lebih baik untuk menjerang kembali.

Sementara itu putera Kalimantan jang tinggal di Djakarta atas kemauan sendiri minta dikirim ke Kalimantan Barat, telah mengadakan hubungan dengan Gubernur Kalimantan Ir. M. Noor di Bandung, jang dalam hal ini memberikan dorongan untuk mengirimkan pemuda-pemuda itu kedaerahnja masing-masing. Pertengahan bulan Desember 1945 oleh Gubernur tersebut dilakukan perundingan dengan Menteri Penerangan Mr. Amir Sjarifuddin jang djuga membenarkan atas pengiriman tersebut dengan tjatatan, bahwa mereka jang dikirim itu adalah sebagai propagandis Indonesia merdeka, dengan mandaat penuh untuk memberi penerangan, membentuk TKR, membentuk KNI, Pemerintah Daerah, dan dapat mempergunakan segala alat sendjata, uang, kendaraan dan lain-lain bagi penglaksanaan Indonesia merdeka didaerah Kalimantan Barat.

Rombongan pertama jang terdiri dari 43 orang pemuda-pemuda Kalimantan Barat telah berangkat dengan dua buah perahu motor dari pelabuhan Tegal pada tanggal 23 Nopember 1945, sedang jang turut menghantarkan ialah Gubernur Noor sendiri dan beberapa orang pemuka-pemuka Kalimantan. Inilah

133