Halaman:Kalimantan.pdf/142

Halaman ini tervalidasi

untuk menjusun barisannja lebih teratur dan merentjanakan penggempuran terhadap Belanda dalam kota. Pertempuran jang kedua kalinja jang terdjadi pada tanggal 9 Nopember 1945, adalah pertempuran jang agak hebat, dimana rakjat telah dapat membakar rumah Pendjara Bandjarmasin jang isinja penuh dengan tahanan-tahanan pedjuang-pedjuang Republik, Setiap ada kemungkinan untuk mengadakan serangan, dalam mana ada kelihatan kelengahan dan kesempatan, maka pihak Belanda selalu mendjadi sasaran granat pedjuang-pedjuang Republik.

 Pemerintah Republik untuk daerah Kalimantan jang dibentuk pada tanggal 10 Oktober 1945, djustru pada saat Belanda telah ada disini, tidak mendjadikan halangan bagi Pemerintah untuk bekerdja terus, asal sadja seluruh rakjat masih memperlihatkan usahanja untuk menjokong Pemerintah itu. Sementara itu perahu-perahu terus mengalir datang dari Djawa membawa rombongan-rombongan pedjuang Republik untuk daerah Kalimantan jang sengadja dikirimkan untuk menghadapi Belanda. Bermatjam organisasi pedjuang Republik jang dikirimkan ke Kalimantan itu, disebar keseluruh pedalaman Kalimantan dengan tugas tertentu, ialah untuk mendjalankan aksi gerilja terhadap Belanda dan kaki tangannja.

 Disetiap kota dan desa. dimana pedjuang-pedjuang ini datang, maka disana mereka membentuk badan-badan perdjuangan, menginsjafkan rakjat tentang betapa beratnja perdjuangan jang dilakukan oleh Republik Indonesia, dan karena itu sekaranglah saatnja seluruh rakjat mendermakan baktinja untuk bangsa, nusa dan agama.

 Komite Nasional Indonesia jang telah dapat dibentuk di Pangkalan Bun, Sampit, Kotawaringin, dengan masing-masing mempunjai badan pemerintahan melakukan kewadjiban dengan sebaik-baiknja sekalipun belum begitu lantjar sebagaimana mestinja. Diseluruh daerah ini berkibar bendera Merah Putih dengan megahnja, tapi dalam kelandjutan hidupnja dihari depan masih disangsikan akan dapat dipertahankan terhadap serbuan tentara Nica.

 Tetapi satu demi satu bendera Republik Indonesia itu diturunkan Belanda, sedang pemerintahnja dibubarkan, terutama sekali didaerah Bandjar, dimana Belanda dengan kekuatan sendjata membubarkan pemerintah, dengan disertai tindakan-tindakan pembersihan terhadap rakjat. Dalam daerah Sampit jang seluruh kekuasaan ada dalam tangan Pemerintah Daerah, Belanda mendjatuhkan surat selebaran, dalam mana dinjatakannja, bahwa pemerintah Hindia Belanda akan kembali kedaerah itu. Boleh dikatakan setiap hari kapal-kapal terbang Belanda mendjatuhkan selebaran-seleharan didaerah-daerah jang masih dikuasai oleh pihak Republik, dengan maksud untuk mempengaruhi pemerintahan dan mengatjaukan suasana.

 Usaha Belanda ini agaknja membawa hasil, karena sedjak itu timbul keragu-raguan dalam sementara anggauta-anggauta pemerintahan daerah, disatu pihak ingin menjerahkan pemerintahan itu kepada Belanda, sedang dilain pihak lagi mempertahankannja, walau sekalipun apa jang akan terdjadi. Dalam keadaan seperti itu dapatlah difahami, bahwa perasaan takut dan tjemas telah mempengaruhi djiwa sebagian mereka, sedang jang lainnja dalam menghadapi revolusi tidak bersandarkan untung atau rugi, melainkan terserah kepada kenjataan apa adanja.

138