Halaman:Kalimantan.pdf/147

Halaman ini tervalidasi

 Meskipun seluruh kota-kota di Kalimantan telah dikuasai oleh serdadu Belanda, demikian djuga sepandjang pantai jang menjusur dipesisir didjaga keras, tapi bagian pedalaman Kalimantan tidak demikian halnja. Daerah pedalaman dikuasai oleh Republik, dan sewaktu-waktu mengadakan aksi gerilja terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda dalam kota. Memang perdjuangan gerilja tidak begitu kedengaran keluar daerah, karena berita-berita pertempuran itu sengadja ditutup Belanda untuk tidak menimbulkan kesan, bahwa dalam daerah penedudukan Belanda terdjadi kekatjauan dan pemberontakan.

 Dalam melandjutkan perdjuangan gerilja rakjat Kalimantan senantiasa „berkiblat” ke Jogjakarta, memperhatikan pasang surutnja perdjuangan, sekalipun hubungan tertentu dan langsung tidak ada antara Djawa dengan Kalimantan. Ketika pihak Belanda mengumumkan „politionele actie” terhadap Republik Indonesia, maka perdjuangan gerilja Kalimantan dapat mentjurahkan segenap perhatiannja, sambil mentjari kemungkinan-kemungkinan untuk memperlemah kedudukan Belanda. Keadaan jang ditimbulkan Belanda dengan gerakan militernja itu, pada hakekatnja menghindupkan kembali semangat perdjuangan rakjat Kalimantan Barat dan Timur jang tadinja seakan-akan lemah semangatnja.

 Sebagai akibat gerakan militer itu, pada umumnja daerah pendudukan di Seberang bergolak, dan sedjak itu pertarungan sendjata terdjadi sekalipun masih setjara ketjil-ketjilan, tapi tjukup mentjemaskan Belanda. Di Kalimantan Barat telah dapat dibentuk suatu organisasi illegaal Tengkorak Putih jang berpusat di Singkawang, sedang tjabang-tjabangnja ada di Sambas, Pemangkat, Pontianak dan Bengkajang. Sedang tjabang istimewa ada di Singapore jang selalu mengirimkan alat-alat sendjata, dan mempunjai hubungan langsung dengan Ibu-kota Republik Indonesia. Tempat persembunjian sendjata disimpan di Pasir Pandjang 18 KM dari Singkawang, dan kemudian diangkut ke Sedau daerah jang lebih dekat dengan Singkawang.

 Karena kekurangan pengalaman dan koordinasi dalam pimpinan gerakan Tengkorak Putih, maka dengan mudah kaki tangan musuh mengetahui tentang gerakan jang membahajakan itu, dan karena itu mereka djalankan aksi pembersihan, penangkapan dan sebagainja, sedang dokumen-dokumen dirampas. Dalam daerah Kalimantan Timur, terutama dipegunungan Samarinda, Tanah Gerogot telah terdjadi pemberontakan terhadap Belanda dan demikian djuga di Balikpapan tanggal 15 Maret 1946 tangsi Belanda diserang rakjat, dan pada tanggal 26 Djanuari 1947 oleh rakjat dilakukan perebutan kekuasaan di Sanga-sanga dan berhasil mendudukinja selama dua bari, dengan korban jang tidak sedikit. Hari jang ketiga, jaitu tanggal 29 Djanuari Belanda kembali merebut Sanga-sanga, dan untuk ini mereka mempergunakan kapal perang. Djumlah rakjat gugur karena serangan ini lebih-kurang 100 orang.

 Pertempuran lainnja jang terdjadi didaerah Kalimantan Tenggara, ialah di Pegatan ketika pada tanggal 17 Pebruari 1946 dimana Belanda dengan mudahnja menduduki daerah itu setelah mengorbankan sedjumlah 36 orang rakjat. Sekalipun dimana-mana tempat Belanda mendapat perlawanan dari rakjat tetapi aksi jang demikian ini mudah sadja dipatahkan, Hanja di Kalimantan Selatan, terutama didaerah Hulu Sungai dan sekitarnja perlawanan masih dilandjutkan.

 Dalam sedjarah kemerdekaan dan dalam sedjarah ketenteraan Nasional Indonesia, maka satu kedjadian jang tak dapat dilupakan, jang baru pertama kali

143