Halaman:Kalimantan.pdf/190

Halaman ini tervalidasi

 Selain daripada itu kalau tempat pendulangan dalamnja sampai 15 meter kelobang tanah, ia harus memberanikan diri turun kedalamnja. Kalau sjarat-sjarat ini tidak terdapat dalam hati mereka jang mentjari intan, maka segala usaha mereka itu tidak akan mendapat hasil sebagaimana jang diharapkan. Kalau mereka tidak sabar, dan kemudian timbul rasa bosan serta tidak ada kemauan lagi untuk melandjutkan pekerdjaannja, padahal bagi mereka tidak harus ada perasaan demikian, sekalipun mereka itu selama mendulang belum pernah sekali djuga memperoleh sebutir intan.

 Selain dari sjarat-sjarat itu ada lagi beberapa pantangan, misalnja waktu mendulang mereka tidak boleh menjebut nama beberapa benda atau hewan dengan namanja jang asli. Umpamanja menjebut beras, diganti dengan bidji, nama ajam dengan manuk, intan dengan sebutan galuh dan lain-lain sebagainja. Sedang tingkah-laku harus terbatas, harus menurut aturan-aturan jang lama. Berdiri bertolak pinggang tidak boleh, menjimpul tangan kebelakang, membeber sarung, kain, badju dan lain-lain tidak boleh, karena menurut tachjul, intan akan lari djauh, kalau mendengar beberan kain dari pentjari intan.

 Sebelum menggali lobang jang luasnja kira-kira dua meter persegi, mereka harus mengetahui lebih dahulu, apakah batu-batu kerikil jang mengandung intan itu dalam atau surut letaknja. Kalau mereka telah mengetahui letaknja, dalam atau dangkalnja kerikil-kerikil jang membaluti intan-intan itu, maka barulah menggali tanah dengan muatan jang dapat berisi tanah seberat satu setengah kg. Bagi mereka jang mentjari intan, pada waktu jang achir-achir ini kebiasaan itu telah tidak dipergunakan lagi. Hanja djika lobang jang akan diperdalam didasar tanah rendah jang berawa-rawa, nistjaja batu-batu kerikil jang mengandung intan itu tempatnja dalam sekali. Lobang jang seperti itu disebut ,,lobang dalam" dan djika menggali ditanah tebing tidak seberapa dalamnja , hanja kira-kira dua atau tiga meter sadja, jang demikian disebut ,,lobang surut" . Mengerdjakan ,,lobang dalam" harus mempunjai banjak bahan-bahan kaju guna keperluan membikin perkakas didalam lobang tersebut, terutama setelah lobang digali sampai kira-kira satu meter, maka diturunkan sematjam rangkaian balok jang persegi empat bentuknja, jang sesuai dengan ukuran luas lobangnja. Setelah itu lalu didirikan djeradjak kaju ditepi sisi lobang, jang tampuknja diselipkan kedalam djepitan rangkaian balok jang telah terhundjam .

 Gunanja supaja tanah-tanah disisi lobang tidak mudah runtuh kedalam lobang jang tidak sadja mendjadi lobang tertutup, melainkan djuga penggalinja akan tertimbun. Kaju djeradjak jang telah tersedia itu terus diturunkan, menurut dalamnja hingga sampai pada batas jang penghabisan dan kalau lobang ini mengeluarkan air, maka perlu ditimba dan buat sekarang ini telah dipergunakan alat mesin pompa untuk mengeringkannja.

 Sesudah penggalian sampai pada hamparan batu-batu kerikil, maka mulai menaikkan batu-batu dengan tenaga manusia menggunakan alas, dengan sangat berhati-hati sekali, dan ditempatkan pada suatu tempat jang sepesial dengan dihamparkan tikar purun dibawahnja, agar batu-batu jang sedikit bertjampur tanah itu tidak tertjampur dengan batu-batu lainnja, djuga supaja tidak terbenam dalam tanah, sebab ada kemungkinan didalam batu-batu jang berlumur tanah

itu ada intannja.

186