Halaman:Kalimantan.pdf/191

Halaman ini tervalidasi

 Keadaan tebalnja lapisan batu -batu itu tidak menentu, ada jang tebalnja ½ meter dan ada djuga jang sampai 1 meter, hal ini menurut keadaan tanah tinggi dan rendah.


 Batu-batu kerikil itu harus dinaikkan semuanja dan tidak ada jang sampai ketinggalan, sebab batu-batu inilah jang mengandung intan dan emasnja.


 Sesudah batu-batu jang ada dalam lobang habis dinaikkan, maka batu -batu jang berwarna kemerah-merahan tertjampur tanah merah, lalu dibawa lagi kekolam, sungai atau danau jang ada didekat lobang pendulangan itu, untuk dibersihkan dengan satu alat jang dinamai „linggangan”. Alat ini dibikin dari kaju jang besarnja bundaran sirkel 1 sampai 1½ meter, dan kaju-kaju terdiri dari „djingah” dan „anglai” jang tumbuhnja kebanjakan dipinggir-pinggir sungai.


 Linggangan ini berbentuk seperti topi besar jang garis menengahnja 80 sampai 1 meter, dengan dasarnja jang sedikit tadjam. Harganjapun diwaktu sekarang ini sebuah Rp. 50.― sampai Rp. 75.― menurut keadaan kajunja dan kwalitetnja bikinannja.


 Tjara menggerakkan linggangan ini mesti ada peladjarannja, sebab kalau, linggang sembarang linggang sadja sudah tentu intan jang ada dalam linggangan itu akan turut terlempar beserta batu-batu lainnja. Dengan demikian maka orang-orang jang ingin mendulang tidak bisa bekerdja sendirian dan mesti berkawan-kawan, paling sedikit dua orang, inipun hanja bagi orang-orang jang menggali lobang surut, jang dalamnja hanja kurang-lebih 2 meter sampai 3 meter serta kering tidak berair.


 Tapi kalau lobang dalam jang sampai 15 meter kedalam tanah orang harus berkawan paling sedikit 6 orang dan atjapkali djuga sampai 10 orang.


 Dalam pekerdjaan mendulang didaerah Martapura ini, bukan sadja dikerdjakan oleh tenaga laki-laki, melainkan djuga kaum wanita tua-muda turut membantu keluarganja. Hal ini dapat dilihat dipendulangan Tjempaka . Kalau batu-batu jang sudah terkumpul tadi dibawa kepinggir air, maka mulai dimasukkan kedalam linggangan sedikit demi sedikit dan terus sadja dilinggang dalam air.


 Batu-batu jang sudah agak bersih dan malah sudah bersih itu, dengan perantaraan linggangan berangsur-angsur dibuang sehingga bertemu dengan apa jang ditjita-tjitakan, jaitu „,intan" dan kalau tidak ada tanda-tandanja ada intan, maka batu-batu itupun terus dibuang dengan linggangan, djadi bukanlah batubatu kerikil jang ada dalam linggangar. itu diambil dengan tangan untuk membuangnja.


 Sesudah kerikil-kerikil jang besar sudah habis terbuang, dan hanja tinggal pasir-pasir halus sadja, maka barulah diusap-usap dengan tangan, diratakan didasar linggangan. Ketika itulah bisa dilihat ada atau tidaknja intan jang terkandung diantara batu pasir halus itu. Tapi bagi seorang pekerdja jang sudah mahir dalam pekerdjaan ini, tidak usah chawatir, bahwa intan akan turut terbuang bersama batu kerikil, karena tjara melinggang ini memang ada peladjarannja. Lain daripada itu pekerjaan itu diselenggarakan diluar, dibawah

sinar matahari, sehingga tjahaja intan jang tjemerlang itu tak akan lepas dari pandangan sipendulang. Sebagai diketahui intan itu mempunjai tjahaja luarbiasa.

187