Halaman:Kalimantan.pdf/192

Halaman ini tervalidasi

 Intan, walaupun seketjil-ketjilnja dikala linggangan sedang beraksi ini, dapat dilihat sebab tjahajanja sekonjong-konjong memukul kepada mata. Sesudah kedjadian sematjam ini, maka suasana dalam kerdja melinggang jang hening dan sunji ini, bertambah senjap , oleh karena intan itu bukan tinggal diam dan membeku dalam linggangan sebagaimana batu- batu lainnja, tetapi ia bergerak-gerak laksana benda jang hidup, dan tidak djarang bagi mereka jang gegabah dan keburu nafsu, intan ini meluntjur keluar linggangan dan djatuh kembali dalam air. Oleh karena itu diwaktu sesudah terlihatnja ada tjahaja intan dalam linggangan orang bertambah hati-hati, agar intan jang sudah ada dalam linggangan itu dapat diambil, terus dimasukkan dalam mulut supaja djangan hilang.

 Perbuatan sematjam ini bukan hanja baru dikerdjakan diwaktu sekarang, melainkan djuga sedjak bahari, sedjak adanja usaha mendulang intan. Oleh karena kalau tidak diperbuat sedemikian, maka menurut kata orang bahari itu intan bisa hilang atau kembali mendjadi batu biasa. Utjapan ini bukan hanja utjapan, malah atjapkali terbukti ialah sebab tidak pertjajanja beberapa orang jang mentjari intan, dengan alasan, bahwa mereka itu adalah termasuk orang jang ahli dalam mentjari intan, dan ada djuga oleh karena chilap tidak dapat berbuat demikian, maka sekonjong-konjong intan jang sudah didapat tadi kembali mendjadi batu, hal ini entah benar memang salah lihat atau djuga sebenarnja kualat dari utjapan orang-orang bahari, karena tidak mau menurut. Terserah kepada pembatja: pertjaja atau tidak!

 Kalau intan jang ada dalam linggangan itu sudah dapat diambil dan masuk kedalam mulut, maka riuhlah dan gemuruhlah bunji selawat diutjapkan para pekerdja sebelah-menjebelah beberapa kali, dan serentak pula disahut oleh pekerdja-pekerdja lainnja.

 Alangkah gembiranja dikala itu, apalagi kalau intan jang didapat itu besar jang mentjapai 5 sampai 10 karat, pendeknja tak teringat lagi akan sesuatu, dan malah perut jang kerontjongan sedjak beberapa djam, tidak terasa lagi, djuga dahaga jang pada mulanja laksana kehausan musafir dipadang pasir, dengan tiba-tiba sadja hilang, laksana setitik embun djatuh kedalam pasir.

 Sesudah selawat jang berkumandang tadi, kedengaran sampai ketempat-tempat jang djauh-djauh, maka dengan sekedjap mata sadja berkerumunlah para pekerdja, untuk turut menjaksikan intan jang baru didapat tadi, dan ketika itu djuga berita sudah tersiar sampai kekampung dan kekota.

 Apabila tumpukan batu-batu jang dibersihkan hanja mengandung sebidji dua intan sadja, maka para pekerdjapun kembali lagi mengambil batu-batu jang berada disebelah-menjebelah lobang. Tapi karena kebanjakan lobang itu ada sumber air didalamnja, maka sewaktu lobang tadi tidak dikerdjakan airpun sudah penuh, oleh karena itu perlu lebih dahulu air jang ada dalam lobang itu segera dikeringkan dengan pompa air. Mengerdjakan ini menghendaki keberanian dan ketangkasan, oleh karena kalau tidak, pekerdjanja bisa tertimbun tanah.

 Beberapa tahun sebelum ini atjapkali djuga lobang-lobang pendulangan itu runtuh, oleh karena tidak memakai djeradjak-djeradjak untuk penahan runtuh, hal ini ialah karena derasnja sumber-sumber air jang menondjol kedalam lobang.

 Adapun mengerdjakan ,,lobang surut" ini tidak seberapa sukar dan tidak memerlukan perkakas kaju-kaju djeradjak, serta djuga tidak membahajakan.

188