Halaman:Kalimantan.pdf/211

Halaman ini tervalidasi

tersebut jang letaknja agak tinggi dan dikelilingi oleh bukit dan gunung. Dari penduduk negeri sendiri kegiatan tentang pertanian amat kurang, sekalipun dewasa ini petani-petani Kalimantan Barat pada umumnja telah mendapat bimbingan dan tuntunan dari Djawatan Pertanian.

 Kesulitan- kesulitan jang dihadapi petani-petani Kalimantan ialah karena masih mengikat dirinja kepada tjara-tjara dan adat kebiasaan. Lebih-lebih bagi golongan suku Dajak adat kebiasaannja amat merugikan, karena kepertjajaannja terhadap segala matjam bunji-bunjian dihutan, jang dianggapnja sebagai tanda kurang baik. Misalnja sadja apabila mereka akan turun keladangnja mendengar suara burung, maka mereka surut kebelakang tidak djadi bertani. Untuk membanteras kepertjajaan jang tebal ini amat sukar, lebih-lebih karena bantuan dari pemerintah untuk menghilangkan kepertjajaan itu masih belum nampak.

 Tetapi sjukurlah dalam tahun 1930 oleh pemerintah telah didirikan sekolah pertanian untuk mendidik kader-kader tani selama dua tahun jang diadakan di Martapura, Kandangan, Kapuas dan Puruk Tjahu hingga sekarang masih berdjalan dengan nama Sekolah Peraktek Pertanian Rakjat jang mempunjai 47 orang murid. Demikian djuga didaerah Kalimantan Barat dan Timur didirikan sekolah tjalon pegawai manteri Pertanian selama satu tahun, sedang dalam waktu pendudukan Djepang beberapa latihan pertanian selama tiga bulan diadakan di Lok Tabat, Padang Batung dan Danau Salak, daerah Kalimantan Selatan.

 Sampai sekarang sekolah-sekolah, kursus-kursus pertanian itu telah menghasilkan sebanjak lebih-kurang 1500 orang jang telah disebar dalam masjarakat pertanian sebagai tenaga pembimbing kearah pertanian. Propinsi Kalimantan jang luasnja lebih-kurang 550.000 km2, dengan penduduk 4.000.000 djiwa mempunjai kampung 5400 buah, dengan tjara-tjara pengolahan tanah jang masih amat sederhana, ketjuali dalam beberapa tempat jang pada umumnja dilakukan oleh golongan warga-negara Indonesia. Kekurangan pengetahuan dalam pengolahan tanah dan terlampau luas tanahnja merupakan tjara-tjara teknik dalam lapangan pertanian jang merugikan masjarakat dan negara, jaitu pemakaian hutan rimba untuk perladangan liar jang tiap-tiap tahun dibutuhkan tidak kurang dari 200.000 ha akan dengan lekas mewudjudkan padang alang-alang dan achirnja ketinggalan tanah mendjadi kurus kering.

 Pembakaran padang alang -alang untuk penghidangan ternak akan lekas merupakan tanah jang tidak berfaedah, dan djuga sukar untuk dipergunakan bagi perusahaan tanah. Sedang pemakaian tanah untuk persawahan jang hasilnja amat tergantung kepada musim, memberikan hasil jang tak tentu dan tidak bisa mendjamin kepada para pengusaha. Karena pemakaian tanah untuk perusahaan tanah jang belum teratur memberi hasil jang kurang memuaskan, berhubung rintangan dari berbagai-bagai mangsa seperti babi, tikus dan walang sangit. Demikian djuga untuk memiliki tanah untuk mentjari hasil tidak dengan mengusahakan tanahnja, melainkan menunggu saat untuk bisa diperdagangkar, adalah melambatkan kemadjuan pertanian, sedang mengusahakan tanah dengan tjara sederhana dan leluasa melambatkan perkembangan pertanian jang sehat.

 Untuk mentjapai perubahan jang dapat menudju kedjurusan perluasan pertanian jang sehat dan perbaikan tehniknja, maka sedjak tahun 1951 telah dibikin persiapan jang lebih sempurna dengan pimpinan dari Djawatan Pertanian.

207