Halaman:Kalimantan.pdf/227

Halaman ini tervalidasi

traktor pengangkat 46, sedang alat pengangkut dilautan berupa kapal, ialah kapal-kapal jang kurang dari 100 ton beratnja sedjumlah 82 buah, kapal pengangkut jang 100 ton, 24 buah, kapal lebih dari 100 ton, 10 buah, kapal laut 700 ton, ada sebuah dan motorboot lainnja ada dua buah. Lain kapal lainnja ialah sebanjak 46 buah jang terdiri dari kapal penjusur pantai 6, kapal sungai 16 dan kapal penampung sebanjak 24 buah.

 Adapun modalnja dalam tahun berdirinja 1890 f 1.300.000 . Tetapi setelah terdjadi perkongsian dengan Shell, maka modal itu bertambah banjak, mendjadi f 40.000.000.- dalam tahun 1907. Kemudian dalam tahun 1914 pada waktu petjah Perang Dunia pertama, modalnja meningkat pula mendjadi sebesar f 56.000.000,- dan pada permulaan Perang Dunia II mendjadi f 500.000.000,-. Modal itu tambah meningkat dalam tahun 1949, ialah sebanjak ƒ 908.000.000.

 Dalam pada itu B.P.M. sebagai anak tjabang dari perkongsian tersebut, bermodal ƒ 300.000.000,-, sedang sahamnja terbagi atas bandingan 3 : 2 oleh Koninklijke dan Shell. Untuk mengerdjakan pekerdjaan jang demikian besarnja, mereka mempunjai pegawai diseluruh dunia dalam tahun 1949 adalah sebanjak 256.000 orang, sedang pegawai B.P.M. untuk seluruh Indonesia sadja mempunjai 32.000 pegawai. Pada umumnja para pegawai B.P.M. ini diurus sedemikian rupa, sehingga pegawai-pegawai merasa betah" tinggal dalam perusahaan B.P.M. Mulai dari perumahannja, makannja, kesehatannja, pensiunnja, sekolah anak-anaknja dan bahkan surau-surau untuk pegawai diurus sebagaimana mestinja.

 Pegawai-pegawai B.P.M. baik di Balikpapan, maupun di Tarakan mulai dari mandornja sampai kepegawai jang lebih tinggi masing -masing terdjamin penghidupannja, bahkan sampai keanak-anak mereka, dan karena itu tidaklah mengherankan, apabila sebagian ketjil dari keuntungan jang didapat oleh perusahaan B.P.M. diberikan dividen 73%, sedang keuntungan sebanjak 50% boleh dianggap biasa sadja. Bahkan dalam tahun 1920-1930 adalah tahun-tahun jang penuh kesulitan, mereka dapat memberikan dividen sebanjak lebih-kurang 25%. Dan selama tahun-tahun patjeklik didunia, ialah tahun-tahun 1936, 1937, dan 1938 dividen itu berdjumlah 16% dan 17%.

 Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa dengan perusahaan minjaknja bangsa Belanda mengalami zaman gilang-gemilang, zaman keemasan seperti pada abad-abad pertengahannja jang ditjapai dengan Vereenigde Oost Indische Compagnie. Maka dalam hubungan ini pula, sedjak zaman kemerdekaan bangsa Indonesia hasrat untuk mendjadikan perusahaan asing itu mendjadi perusahaan Nasional, atau sekurang-kurangnja mendjadi perusahaan bersama antara Indonesia dan Belanda, agar supaja rakjat djuga ikut mendapat bagian jang lumajan dalam pembagian kekajaan alam Indonesia jang selaras dengan Undang -undang Dasarnja Republik Indonesia, bahwa segala kekajaan alam, bumi dan laut Indonesia harus dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakjat.

 Ketjuali sumber minjak jang terdapat didaerah Kalimantan Timur, djuga

sumber tambang batu arang jang tidak kurang pentingnja bagi Belanda telah diusahakan untuk mendirikan tambang batu arang sedjak tahun 1882. Sebelum tambang batu arang itu dibuka, oleh tiga orang Belanda jang masing-masing bernama J. F. R. S. van de Bossche, J. H. Menten dan A. C. de Meijer, atas

223