Halaman:Kalimantan.pdf/287

Halaman ini tervalidasi

 Pada tahun 1936 – 1937 hantu malaise mengamuk dimana-mana. Perkumpulan Muhammadijah kurang padat pundi-pundinja, sekolah-sekolah lalu mulai menderita krisis. Subsidie dari pihak pemerintah Belanda berkali-kali diminta tapi tak pernah diberikan. Sangat berbeda sikap Pemerintah dalam hal ini dibandingkan dengan pemberian subsidie jang telah diberikan kepada pihak Missie dan Zending. Bergulat sendiri rupanja pihak Muhammadijah sudah tidak sanggup lagi. Sokongan dari penduduk tidak seberapa, tidak mentjukupi nafkah guru. Dalam hal jang demikian itu, banjaklah madrasah-madrasah Muhammadijah jang gulung tikar.

 Hanja sedikit jang dapat dipertahankan, seperti di Hulu Sungai (Kalimantan Selatan). Dipertahankan dengan bantuan penduduk-penduduk Islam jang sudah tebal rasa keagamaannja. Mereka mau berkurban apa sadja asal kedjalan Allah, sehingga sebagian daripada sekolah- sekolah agama itu dapat dihindarkan dari keruntuhannja. Sekolah-sekolah jang diselenggarakan oleh Zending Kristen kebanjakan dipedalaman-keadaanja masih utuh, mereka tidak menderita krisis berkat pemberian subsidie. Demikian pula halnja dengan pihak Missie. Hanja sajangnja, sekolah-sekolah mereka itu umumnja Sekolah Rendah semua. Akibatnja pengetahuan rakjatpun terbatas pada tingkatan jang terrendah pula.

 Usaha-usaha lain untuk mendidik massa belum pernah pula dilaksanakan oleh Belanda. Penerangan Pemerintah sedikitpun tidak mengandung arti pendidikan. Jang diutamakan oleh R.V.D. adalah menanam pengaruh pendjadjah dikalangan rakjat disampingnja mendjalankan tugas intelligence service. Sebab itu rakjat sangat takut mendekatinja, djauh pula jang merapatinja umpama minta diterangkan ini dan itu, sebagai arti apa jang dikatakan Penerangan Pemerintah”.

 Datangnja zaman pemerintah Djepang , tidak pula mengadakan perbaikan apa-apa didalam hal pendidikan massa. Oleh Djepang, politik pengadjaran lalu diubah: dari sistim pengadjaran kolonial Belanda kepada sistim pengadjaran ala Djepang. Sekolah-sekolah Zending Kristen Missie dipusat dan daerah semuanja berpindah mendjadi milik pemerintah Djepang. Djiwa baru pula ditimpa disini, jakni djiwa memudja-mudja kekuasaan Djepang, djiwa djibaku-tai, djiwa kamikaze jang berkiblatkan istana Hirohito.

 Pendidikan massa mau diputar oleh Djepang hingga 180° benar-benar. Dimanamana djiwa Djepanglah jang tampak, dalam tjara berpakaian, dalam tjara bertjakap-tjakap, dalam segala tjara gerak- gerik,sudah meniru-niru lagak lagu saudara „tua. Dikalangan murid-murid sekolah djangan ditanja lagi. Kepada murid-murid Djepang bermaksud menanamkan kebudajaan bangsanja, terutama diantara anak-anak ketjil pada sekolah rendahan, anak-anak jang tak tahu membedakan mana jang baik dan mana pula jang buruk.

Umpan Djepang ini mengena. Umumnja anak-anak sangat menjukai peladjaran bernjanji, gerak badan dan olah-raga. Peladjaran inilah jang dipergunakan oleh Djepang untuk menarik minat anak-anak. Dapat dikatakan tiap-tiap hari olahraga dan bernjanji dipeladjarkan. Hal itu tentu tidak menjenangkan bagi guru-guru jang kurang pandai bernjanji atau jang lemah kesehatannja. Tetapi biar bagaimana dipaksa djuga kalau tidak ingin mendapat lajanan jang tak sedap dari saudara tua. Benar djuga apa jang dikatakan oleh guru-guru waktu itu ,,Kalau guru sekarang tak pandai bernjanji atau bertaiso pasti ia dilempar kepinggir................

283