Halaman:Kalimantan.pdf/297

Halaman ini tervalidasi

gerakan-gerakan Pemberantasan Buta Huruf ini akan menghadapi kemadjuan, tetapi tiba-tiba, tidak demikian keadaan-keadaan jang didjumpai. Beberapa halangan datang menghambat, sehingga banjak KPBH terpaksa ditutup.

 Halangan-halangan jang dimaksudkan, antara lain kekeruhan politik di Hulu Sungai. Waktu itu berpuluh-puluh KPBH ditutup serempak oleh Pemerintah Belanda, karena dituduh sarang gerombolan ,,extremis". Murid-murid dan guruguru banjak jang ditangkap atau melarikan diri.

 Dalam perhitungan bulan Djuli 1947, sudah demikian merosotnja djumlah KPBH dari semula. Jang tinggal hanja 118 buah KPBH dengan 3857 orang murid. Melihat gelagat jang tidak menjenangkan ini pihak pengurus terpaksa berunding dengan pihak Pemerintah dengan maksud meminta bantuan, karena kalau tidak demikian PBH ini akan terhenti ditengah djalan. Alangkah banjaknja tenaga jang terbuang begitu sadja kalau seandainja KBH-2 jang bubar itu dibiarkan tetap bubar. Dibandingkan dengan demikian, biar diserahkan sadja kepada usaha Pemerintah ― biarpun pemerintah Belanda ― asal gerakan ini tidak mati.

 Ternjata pihak Pemerintahpun menerima baik usul itu. Ia menganggap bahwa inilah saat jang sebaik-baiknja mendekati hati rakjat. Maka rentjana pengluasan PBH-pun dimulai pula. Jang ditutup pada mulanja sekarang dibuka lagi serta banjak pula KBH baru didirikan dimana-mana. Tugas ini oleh pihak Pemerintah diserahkan kepada pamongpradja, dengan diberi bantuan uang jang tjukup dari kas negeri seperti honorarium guru-guru, pembeli alat-alat beladjar dan lain-lain. Karena susunan administratief jang teratur rapi ini, kemadjuan -kemadjuan jang diperolehpun tidak sedikit. KBH-2 dimana-mana senantiasa berdjalan lantjar, di Kalimantan Timur, Selatan dan Barat. Pihak pamongpradja, mulai dari Kepala Kampung, hingga Kiai Besar tampak kerdja-sama dalam hal ini. PBH pada tiap-tiap distrik dipusatkan dikantor Kiai Kepala dan untuk daerah-daerah jang luas dan banjak djiwa penduduknja tugas ini diselenggarakan oleh pegawai-pegawai chusus.

 Dalam statistik jang dikeluarkan selama triwulan I tahun 1948 keadaan PBH sudah menggambarkan hasil-hasil jang memuaskan, jaitu di Kalimantan Selatan sadja sudah ada 932 buah KBH dengan 20.414 orang murid. Kalau ditambah dengan Kalimantan Barat dan Timur, maka angka tersebut naik mendjadi 1500 buah KBH dengan 35.000 orang murid. Diakui, bahwa angka-angka ini adalah angka-angka jang terbesar sampai waktu itu dalam sedjarah Pemberantasan Buta Huruf di Kalimantan, jakni hasil gerakan PBH jang belum pernah ditjapai pada masa sebelumnja.

 Gerakan kearah Pemberantasan Buta Huruf ini semakin diperluas lagi semendjak tahun 1950, jaitu sedjak Djawatan Pendidikan Masjarakat ditempatkan didaerah ini. Djumlah-djumlah KBH jang ada dengan segera diperlipat-gandakan oleh Pemerintah R.I., begroting jang tjukup langsung dikeluarkan oleh Negara. Tiap-tiap tahun djumlah KBH tetap bertambah dimana-mana. Dibawah ini dapat dilihat kemadjuan-kemadjuan jang telah ditjapai dalam gerakan terusmenerus sampai tahun 1952:

293