Halaman:Kalimantan.pdf/32

Halaman ini tervalidasi

ladang jang tetap. Perburuanlah jang dikerdjakan. Disamping itu mengumpulkan hasil-hasil hutan, seperti barus, getah, mata-kutjing, kelongkopan pohon dan lain sebagainja, jang diperdagangkan. Hidup mereka bersama-sama, merupakan kelompokan kira-kira 60 djiwa. Dalam hal menganjam tikar serta bakul-bakul dan kerandjang tak ada bandingnja.

Golongan Kalamantan.

Nama ini sebutan bersama bagi beberapa suku jang berlain-lainan, akan tetapi sudah mempunjai tempat tinggal jang tertentu. Berbeda sekali bahasanja, dongengannja, serta adat dan tata-tjaranja. Karena tempat tinggal jang tetap itu mereka lambat-laun bertjampur darah, sehingga perbedaan mendjadi berkurang. Dalam golongan Kalimantan ini antara lain termasuk suku-suku Murut, Kalabitring, Barawan, Long Pata, Long Lelak, Long Akar, Long Kipot, Malang, Malinau, Kajaman, Kanavit, Sekapan, Lugat, suku-suku Tandjung dan Dajak Darat. Pertjampuran darah suku-suku Kalamantan ini amat besar sekali artinja bagi persatuan golongan itu. Mereka termasuk dalam lingkungan dolicephaal (lebar tengkorak paling banjak 75% daripada pandjangnja).

Golongan Kajan-Kenja.

Kedua suku ini banjak persamaannja. Mereka menundjukkan perbedaan dengan lain-lain penghuni Kalimantan. Menundjukkan persamaan dengan bangsabangsa di India-Belakang, sehingga pada para sardjana menimbulkan fikiran, bahwa mereka agak terbelakang tibanja di Kalimantan. Dari sudut djasmani mereka merupakan bangsa jang terbaik tokohnja di Kalimantan. Kulitnja lebih muda daripada suku Iban. Banjak sekali perempuan Kenja jang kulitnja menjamai orang putih. Djuga rohani tinggi kedudukan mereka. Fikirannja tjerdas dan tjepat. Mudah untuk berorganisasi. Pembangunan rumah tinggi tingkatnja. Kenal dan dapat mengambil serta mengerdjakan besi dari tanah. Keseniannjapun dapat dikatakan tinggi pula. Umumnja hatinja terbuka. Dapat dipertjaja dan dalam pergaulan tabiatnja ramah-tamah. Sebagian besar daripada mereka termasuk golongan brachycephaal (lebar tengkorak hampir sama dengan pandjangnja).

Dahulu tjara memberati kuping adalah rata. Makin pandjang kupingnja makin tjantik seorang perempuan dalam pandangannja. Kebiasaan ini didapatnja dari mojangnja, seperti dapat kita lihat pada ukiran-ukiran ditjandi Borobudur. Pada lukisan itu laki-laki perempuan tampak berkuping pandjang jang diperberat dengan perhiasan daripada kaju dan tjintjin-tjintjin.

Oleh karena suku- suku di India Belakang dan jang tinggal dipulau Nias, djuga hingga kini masih berlaku tata-tjara demikian itu, maka diperkuatlah pendapat para sardjana, bahwasanja Kajan dan Kenja itu adalah keturunan mereka. Kedua suku ini hidup menjendiri. Kepala sukunja tidak dipilih, melainkan diangkat menurut keturunan. Letak daerah mereka itu ialah dipusat Kalimantan, terutama ditanah pegunungan Apu Kajan.

Golongan Iban dan Dajak Laut.

Suku ini merupakan golongan jang tersendiri. Baik rohani, maupun djasmani djauh perbedaannja dengan lain-lain suku bangsa di Kalimantan. Kata ini asalnja daripada bahasa Melaju „daja ”, jang berarti „pedalaman ". Sehingga kata dajak

28