Halaman:Kalimantan.pdf/324

Halaman ini tervalidasi

dan mendjadi penghuni pulau tersebut. Mereka dapat dianggap sebagai nenekmojang dari Suku Dajak jang langsung, sebagai akibat perpindahan zaman purbakala dari bangsa-bangsa Asia Tenggara itu.


Bentuk, sifat dan adat-istiadat Suku Dajak banjak jang mirip dengan bangsa Tionghoa, misalnja terdapat persamaan dalam warna kulit dan tjara berkabung. Sedang nenek-mojang bangsa Melaju, datangnja dari Siam dan Kambodja, djuga sebagai akibat perpindahan jang terus-menerus dari luar Kalimantan. Warna kulit mereka kebanjakan lebih tua daripada kulit suku Dajak. Dalam perkembangan selandjutnja, jaitu dalam abad pertama, barulah Keradjaan Hindu jang mewah dan kaja dengan kebudajaannja, dan menjebarnja kedaerah Kalimantan, terutama dalam soal agama.


Tempat jang pertama sekali djatuh dalam kekuasaan kebudajaan Hindu ialah Kutai, Kalimantan Timur, dan ditempat inilah pula banjak kedapatan peninggalan bekas kebudajaan zaman purbakala itu. Diantara bekas -bekasnja jang masih ada hingga sekarang, ialah berupa barang- barang kesenian jang dibikin dari batu, terdapat dalam gua gunung Kumbeng. Menurut tulisan jang ada pada barang itu, telah diperbuat ketika radja jang bernama Mulawarman, anak dari Sultan Acwawarman dan tjutju dari Kundangga. Batu kesenian ini masih disimpan di Gedung Artja Djakarta. Menurut penjelidikan para achli batu kuno njatalah, bahwa peninggalan batu itu adalah jang tertua di Indonesia.


Dalam zaman itu, oleh orang-orang Hindu di Kalimantan tidak didirikan tjandi-tjandi besar dan kokoh seperti di Djawa atau Bali, baik oleh bangsa Hindu jang pertama setelah abad pertama atau oleh Hindu-Çriwidjaja dan Hindu-Madjapahit. Itulah sebabnja, maka tidak ada sebuahpun diantaranja jang tinggal dalam keadaan utuh sampai sekarang, ketjuali bekas -bekas seperti jang diketemukan di Kalimantan Selatan, jaitu Tjandi Laras dan Tjandi Agung atau bekas-bekas tjandi di Kalimantan Barat, seperti jang terdapat dalam Kabupaten Sanggau. Tjandi Laras dan Tjandi Agung didirikan pada abad ke- 13 diwaktu Keradjaan Madjapahit dibawah pemerintahan Brawidjaja jang pertama. Diantara bekas-bekas lainnja jang diketemukan di Kalimantan, jaitu bekas tjandi di Muara Kaman , Kalimantan Timur, demikian pula didaerah Ketjamatan Wahau, daerah Kutai Tengah, terdapat bekas-bekas jang merupakan tjandi, atau tempat sementara dari patung -patung itu . Digunung Kumbeng , masih terdapat patungpatung Ganesja, Whisnu atau Sjiwa dan ada pula patung Nandi sapi serta patung-patung lain jang diduga adalah patung-patung dari kaum keluarga Maharadja Seilendra pada zaman Maharadja itu bertachta di Martapura, nama Kutai dizaman purbakala.


Berdasar atas pengetahuan inilah pula dapat dikira-kirakan, bahwa rakjat Kutai dalam zaman dahulukala pernah menganut agama Hindu Mahâjana. Jang demikian ini dikuatkan oleh kenjataan-kenjataan jang masih tinggal pada suku Dajak didaerah Kalimantan, dimana tiap-tiap pemudjaan harus memakai alat jang dinamakan ,,djuhan " , jaitu balai-balai ketji jang bertingkat seperti balaibalai tempat meletakkan dan menaruh sesadjen suku Bali . Benda-benda kuno

lainnja seperti meriam bangsa Portugis dan Spanjol dahulunja banjak pula disimpan dan dipelihara. Oleh karena besarnja kepertjajaan, maka benda-benda kuno dianggap sebagai barang pusaka jang keramat.

320