Halaman:Kalimantan.pdf/328

Halaman ini tervalidasi

Kepertjajaan jang demikian tebal tidak mudah untuk dapat dihilangkan, ketjuali apabila dalam kalangan mereka sendiri ada kepertjajaan lain, misalnja mengubah agama mereka menganut kepada agama Islam atau Kristen, maka kepertjajaan dan serba matjam tachjul-tachjulan akan lenjap dengan sendirinja. Tetapi bagaimanapun djuga teranglah sudah, bahwa tempajan atau gutji jang dianggap keramat oleh beberapa golongan dari suku Dajak di Kalimantan mengandung pengertian jang dalam, terutama tentang roh, baik leluhurnja, maupun roh lainnja dapat diminta bantuannja dalam beberapa hal penghidupan.


Pemeliharaan benda-benda Kebudajaan Kuno.

Dalam uraian diatas sudah dketahui bagaimana suku Dajak memelihara dan memuliakan benda-benda kuno seperti tempajan dan lain-lain jaitu sepotong dari benda kebudajaan purbakala jang masih utuh tersimpan dari zaman kezaman. Kemudian masih banjak lagi tjabang-tjabang kebudajaan kuno itu jang masih dipelihara dengan baik terutama kesenian seperti seni rupa, seni sastera, dan seni suara. Mengenai kesenian ini bukan sadja suku Dajak, tetapi djuga suku Bandjar atau Melaju sama-sama memeliharanja , seperti tari-tarian, tjeritera-tjeritera kuno dan sebagainja, dimana dapat disaksikan pada setiap waktu dan saat manakala ada kenduri atau selamatan.

Disamping menjediakan makan dan minum untuk tamu disuguhkan pula kesenian-kesenian daerah misalnja „ mamanda " , „, wajang kulia”, „, madihin ” , „,lamut", „,abdulmuluk” dan lain-lain bagi suku Bandjar atau Melaju ; „ nasai” ,, „ hariung lonok",,,kandjan " , „ ganggereng " , „ deder " , „,mansana " dan lain-lain bagi suku Dajak.

Seni ukir tampak pula dipelihara, biarpun dengan pemeliharaan jang sederhana, karena ada tanda-tanda pembiaran disana-sini, namun demikian masih ada sisa-sisanja untuk dilihat seperti, ukiran-ukiran gondjong rumah, ukiranukiran pada haluan dan buritan perahu tambangan, perahu Negara atau perahu Amuntai pada suku Bandjar atau Melaju dan ukiran-ukiran pada patung, hulu parang, dajung kaum wanita, ukiran-ukiran sandung atau pantar pada suku Dajak.

Berbeda dengan daerah lain, di Kalimantan kebudajaan lama itu tidak dipelihara oleh perkumpulan -perkumpulan atau organisasi-organisasi jang chusus, melainkan diserahkan sadja kepada initiatief perseorangan atau suku. Tidak demikian misalnja dengan kebudajaan Barat jang sudah dipelihara dengan baik pula disini. Untuk itu disana-sini kelihatan perkumpulan-perkumpulan musik, olah-raga dan lain-lain jang sama menudju perkembangannja dengan pesat.

Tadinja , pada zaman pemerintah Belanda kira -kira pada tahun 1926 di Bandjarmasin telah didirikan sebuah Borneo Museum. Didalam museum itu dikumpulkan benda-benda kuno jang ada terdapat di Kalimantan serta dipelihara dengan sempurna. Tetapi setelah pendudukan Djepang, isi-isi museum itu habis musna entah kemana ; diduga sedikit demi sedikit diambil oleh Djepang dan lama-lama habis. Sedjak itu lenjaplah sebagian besar dari benda-benda kuno Kalimantan. Mendirikan museum baru, apalagi mengumpulkan benda-benda kebudajaan kuno itu kembali, sampai sekarang masih belum dipikirkan.

***

324