Halaman:Kalimantan.pdf/331

Halaman ini tervalidasi

Kebudajaan Daerah.

Daerah Kalimatan adalah daerah penampung bagi segala matjam kebudajaan, jang didalam hubungannja tidak dapat dilepaskan dari adat kebiasaan, kepertjajaan leluhur dan kesenian jang sebenarnja datang dari luar, terutama dari kebudajaan Hindu dizaman jang lampau. Pergantian keadaan dan peralihan musim jang dibawa oleh matjam-matjam pengaruh jang silih berganti datangnja ke Kalimantan, baik jang dibawa oleh bangsa perantau, maupun oleh pendjadjah Belanda sendiri, oleh masuknja peradaban Islam dan Kristen, jang diperbaharui pula oleh kebudajaan Barat dan sebagainja, maka kebudajaan purbakala seperti kebudajaan Hindu dan lain-lain, lambat-laun sirna dan pudar semaraknja.


Hingga kepada saat sekarang ini, diantara 4.000.000 penduduk Kalimantan, hanja lebih-kurang 25% jang masih setia untuk memeliharanja, terutama bagi golongan jang masih menganut kepada kepertjajaan dan agama asli sadja. Apakah agama asli itu? Bagi penduduk asli Kalimantan agama asli, bukanlah agama Hindu atau Budha, akan tetapi adalah agama tjampuran dari kedua matjam kepertjajaan itu, setelah ditambah dan dikurangi dimana perlu oleh keadaan. Orang-orang Belanda memandang, bahwa kepertjaaan kepada agama asli itu dinamakannja „heiden", dan oleh sipenganutnja sendiri dinamakan tantaulang atau agama zaman dahulu.


Pada waktu belakangan ini oleh suku-suku Dajak Kalimantan diberikan pula nama baru buat agama mereka itu, jakni Kaharingan, artinja kehidupan jang abadi diambil dari bahasa Sangiang, jaitu bahasa Dajak kuno. Mengenai asal usulnja agama asli ada suatu dongeng jang menarik, lagi pula merupakan suatu mythe dari religieus jang agak praktis dapat diterima, jang mendekati kebenaran, setelah dibandingkan keadaannja dengan agama Hindu, agama Budha dan agama asli Kalimantan ini. Setelah zaman Hindu-purba lenjap, diganti oleh zaman Hindu Criwidjaja, Hindu Madjapahit-demikian mythe itu didaerah Kalimantan, ketjuali penganut-penganut agama Hindu jang menjembah Brahma, Sjiwa, Whisnu, djuga berdatangan aliran-aliran lain, para pengikut SidhartaBudha. Akan tetapi kedua aliran ini satu dan lainnja amat bertentangan. Jang pertama mengutamakan kasta-kasta jang bergolong-golongan, sedang jang kedua bersifat menjama-ratakan manusia.


Pergeseran diantara keduanja timbul, malah mengakibatkan perkelahian dan pertumpahan darah. Dalam keadaan huru-hara dan ketjau-balau, maka muntjullah diantara mereka seorang jang tjerdas otaknja bernama Tantaulang-bulan. Ia mengusulkan kepada kedua belah pihak jang sedang bertikaian itu untuk mengadakan permufakatan, dan usul tersebut dapat diterima mereka. Tantaulang diangkat dan diakui sebagai pihak ketiga jang bertindak menjusun dan memadjukan pendapat-pendapatnja. Olehnja didjelmakan, suatu agama baru, jang tidak menjebelah kepada salah satu pihak, tetapi mengambil dasar dari kedua matjam agama itu, sebagaimana halnja dengan Marthin Luther jang mengolah peraturanperaturan agama Masehi Lama mendjadi agama Kristen dan Protestan. Sedang bahan-bahannja diambil dari sebagian peraturan dan kebiasaan dalam agama Hindu dan sebagian lagi dari agama Budha, dibumbui dengan pengetahuannja sendiri, sehingga mendjelmalah suatu agama baru.

327