Halaman:Kalimantan.pdf/339

Halaman ini tervalidasi

keramaian dalam arti jang sebenarnja. Pada hari tersebut segala sesuatu untuk upatjara perkawinan ditetapkan dan disiapkan, sedang pada hari terachir, atau dalam taraf penjelesaian maka adalah hari jang utama dan mulia.

Segala pembitjaraan adat-adat dan tata hukum perkawinan harus sudah selesai, sebelum lepas tengah hari. Sebagai tugas terachir, maka penghubung pergi pula mengambil mempelai lelaki jang telah dihiasi, dan bersama keluarganja diarak dengan bunji-bunjian dan tari-tarian dengan membawa pula minjak kelapa dalam botol, pupur basah dalam pinggan, beberapa gutji tuak menudju kerumah pengantin perempuan. Dihadapan rumah mempelai wanita disediakan sebuah kandang dengan seekor babi didalamnja, dan dibelakang rumah diikat seekor kerbau jang akan didjadikan korban. Dalam rumah disediakan tempat pengantin duduk bersanding. Agak djauh dari rumah dari arah mana mempelai lelaki akan datang didirikan sebuah ,,pantan" - pagar penghalang - berpuluh-puluh batang tebu,, dihiasi dengan buah-buahan dan djuadah-djuadah.

Disebelah agak kekiri digantung sebuah gong, talam dan ajam diikat pada delapan batang lemang dan sebuah tanduk kerbau jang diisi dengan air tuak. Setelah rombongan mempelai nampak, terus keluarga mempelai wanita turun disertai bunji-bunjian dan tari-tarian, mereka me-elu-elukan kedatangan mempelai. Rombongan mempelai lelaki bertahan dimuka ,,pantan ", dan ketika upatjara pemotongan .,pantan" dilakukan oleh keluarga pengantin lelaki , masuklah rombongan pengantin kerumah pengantin perempuan. Sementara itu masing -masing keluarga dari pengantin bersiram-siraman minjak kelapa dan bersuapan pupur basah, sambil minum tuak. Ketika mempelai lelaki masuk rumah dan duduk bersanding dengan tjalon isterinja, mereka disambut dengan taburan beras merah putih dan kuning, sedang salah seorang teman pengantin lelaki jang membawa sumpitan terus menjumpitkan anak panahnja melalui bubungan rumah.

Dari dalam rumah bersama dengan mempelai perempuan dengan djari telundjuknja masing -masing digandengkan diarak ketanah mengelilingi kandang babi delapan kali. Sedang seorang paman dari pengantin lelaki bergulat dengan babi hingga babi tewas dengan tidak mempergunakan sendjata. Ketika ia berkelahi dengan babi itu terus disiram dengan air oleh mempelai perempuan. Demikian djuga keluarga dari pengantin lelaki memandjat sebatang pohon jang didirikan disamping kandang babi itu. Pohon ini dikupas batang kulitnja dan disapu dengan minjak babi sampi litjin. Sedang dahan dan puntjaknja digantungkan djuadah, kain, tanduk dan uang kawin . Pohon ini tidak boleh rusak atau patah, ketika hendak menurunkan benda-benda jang bergantungan ditjabang dan dahannja.

Kalau ada diantaranja sampai patah atau rusak, maka mempelai lelaki akan dikenakan denda. Ketika kedua pengantin duduk bersanding, mereka dinikahkan dengan menjapu djidat, pipi, hidung dan seluruh muka mereka dengan darah, ajam dan putih telur, jang ditingkahi dengan suara bunji-bunjian, tari-tarian dan sebagainja. Sedang kerbau jang diikat disebelah belakang oleh jang hadir dilakukan pembunuhan, kepalanja diletakkan ditengah rumah. Malam harinja dilakukan tari tarian pula mengelilingi kepala kerbau tersebut. Sepandjang malam dilakukan njanjian bersenang, bergembira, terutama oleh muda-mudi, berpantun-pantunan, berkelakar dan sebagainja. Tetapi setelah tiga hari kemudian dilakukan pantangan atas kedua mempelai tidak boleh keluar rumah. Pantangan

335