Halaman:Kalimantan.pdf/342

Halaman ini tervalidasi

tjara-tjara selamatan untuk jang masih hidup. Menurut kepertjajaan, maka tempat roh orang jang mati itu terbagi dua satu ditempat ia mati, sedang jang lainnja ditempat nirwana. Jang menempati tempat nirwana ini hanja orang-orang jang sudah diantar kedunia baka. Oleh karena itu adalah mendjadi tjita-tjita dari keluarga simati untuk mengantar roh simati buat menetap tinggal didunia halus.

Untuk mengantarkan roh dilakukan pula upatjara dan selamatan kepada kaum keluarga dan tetangganja selama 7 hari 7 malam. Tulang-tulang orang jang mati dibongkar dan dimasukkan dalam peti jang dibuat tiangnja diatas tanah. Untuk mengerdjakan jang demikian ini dibutuhkan pula beberapa orang budak untuk melajaninja. Untuk mentjari budak amat sulitnja, karena siapa jang mendjadi budak dengan sendirinja ia dikorbankan agar roh dari jang mati selama mendapat anugerah dari korban-korban. Demikianlah beberapa upatjara dalam masjarakat suku Dajak jang masih primitief.

***

Upatjara Suku Melaju.

Pengertian Melaju dalam masjarakat Kalimantan kadang-kadang ditjampur adukkan, jakni orang-orang suku Dajak jang telah memeluk agama Islam disebut suku Melaju atau orang Melaju, meskipun sebenarnja ia adalah berasal dari golongan Dajak asli. Dalam daerah sepandjang sungai Barito, hal jang demikian ini lebih kentara lagi, misalnja dalam sebuah Kampung harus memakai dua nama Kampung Lemu Melaju dan Kampung Lemu Dajak jang dimaksudkan untuk membeda-bedakan orang-orang Melaju jang telah memeluk agama Islam, dengan orang-orang suku Dajak - heiden -. Padahal didalam kampung jang disebut Lemu Melaju tidak sedikit orang-orang Dajak berdiam, jang memeluk agama Islam.

Keadaan jang demikian ini memberi kesempatan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk memetjah-belah antara kedua golongan suku itu, bahkan dalam satu suku mereka adu-dombakan, jaitu antara mereka jang memeluk agama Islam, dengan mereka jang belum beragama Islam. Tetapi sekarang ini kedua kampung itu tidak dipisah-pisahkan lagi, melainkan didjadikan satu sadja. Hanja pengertian tentang Dajak dan Melaju bagi orang-orang Dajak sendiri masih samar-samar. Oleh karena itu andaikata dalam daerah Kalimantan diadakan perhitungan djiwa tiap-tiap suku, terutama bagi mereka jang telah memeluk agama Islam, maka amat disangsikan kebenarannja.

Tetapi tidak demikian halnja dengan orang-orang Dajak jang telah memeluk agama Kristen. Mereka tetap sadja menjebut nama dirinja dalam golongan Dajak atau masih tetap orang Dajak. Dengan lain perkataan, sekalipun mereka telah memeluk agama Kristen, namun kesukuannja tidak dihilangkan, djika dibandingkan dengan mereka jang telah memeluk agama Islam amat keberatan apabila mereka disebut masih dalam lingkungan suku Dajak. Sewaktu mereka mengutjap dua kalimah Sjahadat, maka didalam hatinja telah berdjandji tidak sudi disebut Dajak lagi, melainkan telah mendjadi Melaju. Kebiasaan jang demikian ini sebenarnja adalah karena salah pengertian sadja, karena sebenarnja orang-orang Dajak Islam sendiri tidak pula dengan sengadja hendak mengikis nama Dajak sebagai sukunja, tetapi masjarakatlah jang menganggap mereka telah keluar dari golongan sukunja sendiri.

338