Halaman:Kalimantan.pdf/356

Halaman ini tervalidasi

Kesenian dan kesusasteraan termasuk sjair, sadjak dan bertjerita. Sjair- sjair Bandjar tidak meluas lagi dilapangan pembatjaan, karena sjair- sjair ini merupakan tulisan tangan 7 huruf Arab 7 jang menurut penjelidikan dikarang antara tahun 1860-1900.

Dan bagaimana pula dengan kesenian Dajak?

Kesenian Dajak rupanja lebih tua dari pada kesenian suku Bandjar dan Melaju. Memang sebenarnjalah, bahwa untuk daerah Kalimantan, kesenian jang mula-mula ada ialah kesenian Dajak, kesenian penduduk asli. Tentang dari mana asal usulnja kesenian ini dapat dinukilkan pula dalam sedjarah kesenian Hindu, Budha, Tionghoa atau Spanjol dan Portugis. Tetapi menurut dongengan orang-orang Dajak sendiri, kesenian mereka bersumber pada langit, sewaktu seorang putera dari ,,Antang Badjela Bulau" dibuang kedunia, karena sesuatu kesalahan di Alam Atas.

Putera Dewan inilah ,,Mahaguru" jang pertama bagi suku Dajak dalam kesenian. Entah benar , entah tidak wallahu a'lam, tetapi kejakinan mereka jang telah turun-temurun itu mempengaruhi kehidupan merka, djustru karena kesenian mereka jang datangnja dari kajangan itu , jang dapat pula dibuktikan, bahwa kesenian mereka adalah kesenian jang paling tua umurnja. Kesenian mereka banjak ragam dan bentuknja, misalnja seni rupa, sastera, seni suara dan seni tari. Hanja nilainja kurang mendapat perhatian, djika dibandingkan dengan kesenian daerah Kalimantan lainnja. Kesenian mereka masih amat rendah mutunja, karena jang digambarkannja adalah peribadi orang-orang Dajak sendiri jang hingga sekarang belum mendapat pembaharuan.

Amat sajang kesenian ini belum pernah dibumbui untuk mengabadikan nilainja jang asli, atau dipermodern sedemikian rupa sehingga mendjadi kesenian jang dapat diketengahkan kechalajak ramai. Dapat dikatakan, bahwa kesenian Dajak dibiarkan hidup dalam keadaan morat-marit. Tidak dipelihara sebagaimana mestinja. Hanja ketika hendak mempergunakannja barulah dibersihkan akan tetapi setelah itu dibiarkan begitu sadja. Pengetahuan orang -orang Dajak sendiri tentang kesenian leluhurnja timbul tenggelam sadja dalam ingatannja.

Satu atau dua matjam kesenian daerahnja jang diketahuinja bukan diperolehnja dari hasil peladjaran jang sesungguh-sungguhnja, tetapi sambil lalu sadja, setelah demikian mahirlah mereka, menurut ukuran mereka sendiri. Tetapi apakah kemahiran ini dapat dipertanggung djawabkan, agaknja masih disangsikan. Ketjuali itu, masuknja kesenian dari luar daerah, terang akan mendjungkarbalikkan kesenian daerah. Pukulan jang diterimanja, sebagai akibat mengalirnja kesenian-kesenian baru dan modern amat dirasakan. Kesenian baru jang datangnja dari Barat dengan lambat laun menenggelamkan kesenianh daerah, karena kesenian baru itu merupakan saingan jang amat hebat, karena dalam waktu jang pendek sadja kesenian baru telah meluas dikalangan masjarakat.

Tidak sedikit dari djumlah penganut kesenian asli jang sekarang ini meninggalkannja, karena tidak tjotjok lagi dengan perkembangan zaman, karena kesenian leluhur, kurang indah dan kuno, dan sebagainja. Bukan tentang seni suara atau sastera sadja kesenian daerah itu digeser kepinggir, melainkan djuga kesegenap tjabangnja. Djadi apa jang diperlihatkan dewasa ini sebagian sadja dari

352